WASHINGTON (Arrahmah.id) – Pemerintahan AS Joe Biden telah menyetujui pengiriman bom dalam jumlah besar ke ‘Israel’ pada hari yang sama ketika serangan udara ‘Israel’ di Gaza mengakibatkan terbunuhnya tujuh pekerja bantuan dari LSM World Central Kitchen (WCK), The Washington Post mengungkapkan pada Kamis (4/4/2024), mengutip tiga orang pejabat AS.
Keputusan ini, menurut Post, menggarisbawahi komitmen pemerintah untuk terus memberikan persenjataan mematikan kepada ‘Israel’ meskipun ada kecaman internasional setelah insiden tragis tersebut.
Laporan tersebut juga menyoroti kontradiksi antara tindakan Biden dan pernyataan emosionalnya, di mana dia mengatakan dia “marah dan patah hati” atas insiden tragis tersebut.
Ribuan Bom
Menurut laporan tersebut, Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi persetujuan transfer senjata tersebut, yang mencakup lebih dari “1.000 bom MK 82 seberat 500 pon, lebih dari 1.000 bom berdiameter kecil, dan sekering untuk bom MK80.”
Otorisasi untuk pemindahan tersebut “diberikan oleh Kongres beberapa tahun sebelum terjadinya permusuhan terbaru”, kata para pejabat tersebut, tanpa menyebut nama.
Namun, pemerintah AS “memiliki wewenang untuk menangguhkan paket senjata kapan saja sebelum dikirimkan” namun “dalam kasus ini pemerintah AS belum melakukan hal tersebut,” tulis Post.
Pembunuhan pekerja kemanusiaan oleh pengeboman ‘Israel’ telah mendorong pengawasan baru terhadap dukungan AS terhadap kampanye militer ‘Israel’ di Gaza.
Baik Biden maupun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk serangan tersebut dan menekankan perlunya perlindungan terhadap mereka. Namun, beberapa pendukung Partai Demokrat berpendapat bahwa pernyataan tersebut tidak cukup tanpa konsekuensi substantif terhadap tindakan ‘Israel’ dan mengkritik dukungan tanpa syarat pemerintah terhadap operasi militer ‘Israel’ di Gaza.
“Ketika ditanya pada Selasa (2/4) tentang peran Departemen Luar Negeri dalam kelanjutan transfer senjata, Blinken mengutip ancaman regional terhadap ‘Israel’ dari Iran dan Hizbullah, dengan mengatakan bahwa senjata tersebut ‘digunakan sebagai pencegahan, untuk menghindari lebih banyak konflik’,” menurut Post.
Apa yang telah terjadi
Tujuh anggota WCK tewas dalam serangan udara ‘Israel’ pada Senin (1/4). Tujuh orang yang tewas berasal dari Australia, Polandia, Inggris, berkewarganegaraan ganda AS dan Kanada, serta Palestina.
Menurut WCK, tim tersebut sedang melakukan perjalanan di zona bebas konflik dengan dua mobil lapis baja berlogo WCK ketika serangan itu terjadi.
“Meskipun telah melakukan koordinasi gerakan dengan IDF, konvoi tersebut diserang saat meninggalkan gudang Deir al-Balah (di Gaza tengah), tempat tim tersebut menurunkan lebih dari 100 ton bantuan makanan kemanusiaan yang dibawa ke Gaza dari jalur maritim,” kata pernyataan itu.
‘Israel’ telah mengakui pembunuhan tersebut dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai “peristiwa tragis di mana pasukan kami secara tidak sengaja melukai orang-orang yang tidak ikut berperang,” dan menambahkan “Ini wajar terjadi dalam perang.”
WCK menyerukan penyelidikan independen atas pembunuhan tujuh pekerja bantuannya dalam serangan udara ‘Israel’ di Gaza sebagai “satu-satunya cara untuk menentukan kebenaran atas apa yang terjadi.”
“Kami telah meminta pemerintah Australia, Kanada, Amerika Serikat, Polandia, dan Inggris untuk bergabung dengan kami dalam menuntut penyelidikan pihak ketiga yang independen terhadap serangan-serangan ini, termasuk apakah serangan tersebut dilakukan dengan sengaja atau melanggar hukum internasional,” kata LSM yang berbasis di AS tersebut dalam sebuah pernyataan pada Kamis (4/4).
“Ini adalah serangan militer yang melibatkan banyak serangan dan menargetkan tiga kendaraan WCK,” kata WCK.
“Ketiga kendaraan tersebut membawa warga sipil; mereka ditandai sebagai kendaraan WCK; dan pergerakan mereka sepenuhnya mematuhi otoritas ‘Israel’, yang mengetahui rencana perjalanan, rute, dan misi kemanusiaan mereka.” (zarahamala/arrahmah.id)