BERLIN (Arrahmah.com) – AS, Rusia, Turki, dan Arab Saudi telah sepakat pada Jumat (23/10/2015) untuk melanjutkan pembicaraan mereka dalam menemukan solusi politik di Suriah, meskipun ada perbedaan yang tersisa mengenai peran Bashar Asad di masa depan Suriah, lansir Anadolu Agency.
“Masih ada beberapa perselisihan berkaitan dengan kepergian Bashar Asad,” kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Jubair, setelah pembicaraan empat pihak.
Pernyataan itu disampaikan setelah diplomat AS, Rusia, Turki, dan Arab Saudi bertemu untuk pertama kalinya pada pertemuan empat pihak di Suriah.
Tapi dia menggarisbawahi bahwa kemungkinan pembicaraan akan berlanjut dengan keterlibatan aktor regional lainnya.
“Kami sepakat untuk terus melakukan diskusi dan konsultasi lebih lanjut, mungkin dengan berbagai negara, untuk melihat apakah kita dapat mencapai konsensus untuk bergerak maju berkaitan dengan Suriah,” katanya.
Dia tidak menyebutkan nama negara yang akan terlibat dalam dialog tersebut.
“Prinsip dan tujuan kami atas masalah Suriah cukup jelas dan dapat diterima baik oleh oposisi dan negara-negara sekutu sebagai satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di negara itu,” tambah jurubicara Kementerian Luar Negeri Turki, Tanju Bilgic.
Bilgic juga telah menekankan akan kemungkinan diadakan pertemuan baru minggu depan.
Rusia, sementara itu telah terlibat secara politik pada krisis Suriah dan memberikan dukungan militer bagi rezim di Damaskus.
Presiden Suriah, Asad, melakukan kunjungan dadakan ke Moskow pada Selasa (20/10/2015).
Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov, diberhentikan pada Jumat karena sebuah spekulasi mengatakan bahwa ia telah setuju dengan menteri luar negeri AS, Turki, dan Arab Saudi pada kepergian Asad.
Dia memperbarui proposal yang melibatkan kekuatan regional lainnya seperti Mesir dan Iran untuk berdialog dimulai dengan AS, Turki, dan Arab Saudi.
Sejauh ini Arab Saudi telah menentang duduk di meja yang sama dengan Iran, rival utamanya, yang mendukung rezim Asad.
Arab Saudi dan Turki menyerukan proses transisi di Suriah dengan penghapusan Asad dari kekuasaan.
Turki telah membantah klaim bahwa pihaknya siap untuk menerima periode di Suriah dengan Asad sebagai penguasa.
“Tidak ada perubahan dalam kebijakan Turki di Suriah dalam hal parameter dasar dan dinamika,” Wakil Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AK), Omer Celik, mengatakan kepada wartawan di Ankara, Kamis (22/10/2015).
“Belum ada kemajuan [di Suriah] yang [pada gilirannya akan] memerlukan perubahan [dalam kebijakan Turki].”
(fath/arrahmah.com)