TRIPOLI (Arrahmah.com) – Militer AS menuduh Rusia mengerahkan pesawat tempur ke Libya yang “dicat ulang untuk menyamarkan” asal mereka, dalam mendukung tentara bayaran yang bertempur untuk mendukung pasukan Khalifa Haftar yang berbasis di timur.
Tuduhan itu muncul ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (26/5/2020) mengatakan kepada sekutu Haftar bahwa Moskow mendukung gencatan senjata segera dan pembicaraan politik yang akan berujung pada pemerintah yang bersatu, lansir Al Jazeera.
Tuduhan Amerika terhadap Rusia menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi baru dalam konflik yang berlangsung selama sembilan tahun, meskipun Lavrov menyerukan gencatan senjata.
“Pesawat militer Rusia kemungkinan akan memberikan dukungan udara dekat dan tembakan ofensif,” kata Komando Afrika AS (Africom) dalam sebuah pernyataan.
Africom tidak merinci kapan jet itu terbang ke Libya, hanya mengatakan itu “baru-baru ini”.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan “tidak akan berkomentar saat ini” pada pernyataan Africom. Namun Andrei Krasov, anggota komite pertahanan di majelis rendah parlemen Rusia, menolak tuduhan itu dan menyatakan sebagai berita “palsu”.
Pertempuran di Libya telah menarik kekuatan regional dan global dengan apa yang PBB deskripsikan sebagai gelombang besar senjata dan kombatan dalam pelanggaran berulang-ulang terhadap embargo senjata tahun 2011.
Rusia, Uni Emirat Arab, dan Mesir mendukung Tentara Nasional Libya (LNA) yang berbasis di Timur dan dipimpin oleh Haftar, yang melancarkan serangan setahun lalu untuk merebut ibu kota, Tripoli.
Namun, dalam beberapa pekan terakhir, Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional, dengan dukungan militer Turki yang luas, mendorong Haftar mundur dari pijakannya di Tripoli selatan dan bagian lain di barat laut.
Pernyataan AS mengatakan pesawat tiba di Libya “baru-baru ini” dari pangkalan udara di Rusia setelah berhenti sebentar di Suriah, di mana mereka dicat ulang untuk menyembunyikan asal mereka.
Rusia telah lama membantah keterlibatan dalam konflik Libya. Tidak ada tanggapan langsung dari kementerian pertahanan Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)