WASHINGTON (Arrahmah.id) – Gedung Putih mengumumkan pada Rabu malam (22/1/2025) bahwa Presiden AS Donald Trump telah resmi menetapkan kelompok Ansarallah Yaman sebagai “organisasi teroris asing.” Keputusan tersebut diambil di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut dan operasi militer yang melibatkan kelompok tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengutip aktivitas Ansarallah sebagai ancaman terhadap “keamanan warga sipil dan personel Amerika di Timur Tengah, keselamatan mitra regional terdekat kita, dan stabilitas perdagangan maritim global.”
Pernyataan itu juga menuduh bahwa kelompok tersebut telah meluncurkan “lebih dari 300 proyektil ke ‘Israel’ sejak Oktober 2023” dan menuduhnya berkontribusi terhadap “inflasi global” melalui serangan terhadap pengiriman internasional.
Pemerintahan Presiden Trump menekankan komitmennya untuk bekerja sama dengan sekutu regional guna “menghilangkan kemampuan dan operasi Ansarallah, merampas sumber dayanya, dan dengan demikian mengakhiri serangannya terhadap personel dan warga sipil AS, mitra AS, dan pelayaran maritim di Laut Merah.”
Sebagai bagian dari perubahan kebijakan ini, presiden juga mengarahkan USAID untuk mengakhiri hubungannya dengan entitas yang telah memberikan pembayaran kepada grup tersebut.
🇺🇸🇾🇪 Trump designates Yemen's Ansarullah as terrorist organization
🔸 Trump designates Ansarullah as a terrorist organization like he did on his first term as if it's gonna change the way the US bombs Yemeni children or starves them with their genocidal blockade. If anything,… pic.twitter.com/esqr1a04m8
— 🇮🇷 Rydro ☫ عباس 🕋⚔ (@Rydro313) January 23, 2025
‘Simbol Perlawanan’
Penunjukan itu mendapat kritik tajam dari pejabat Ansarallah.
Nasr al-Din Amer, wakil kepala otoritas media kelompok tersebut, menolak keputusan tersebut, dengan mengklaim bahwa keputusan tersebut akan “gagal sebagaimana upaya-upaya sebelumnya di laut telah gagal.”
Ia menganggap tindakan tersebut sebagai serangan langsung terhadap rakyat Yaman, dengan menyebut solidaritas mereka terhadap Gaza sebagai motivasi utama di balik penunjukan tersebut. “Ini merupakan kehormatan besar bagi rakyat kami dan bagian dari perjuangan mereka,” kata Amer.
Menteri Informasi Yaman Hashem Sharafuddin, bagian dari pemerintah yang berpusat di Sanaa, menggambarkan langkah AS tersebut sebagai “tidak masuk akal” dan menunjukkan ketidakstabilan politik Amerika.
“Kami masuk dalam daftar teroris, lalu kami dihapus, lalu dimasukkan lagi, lalu dihapus lagi, lalu dimasukkan lagi ke daftar teroris sekali lagi,” kata Sharafuddin, menuduh AS munafik. Ia berpendapat bahwa “rezim kriminal AS, mitra terorisme ‘Israel’, tidak berhak melabeli pihak lain sebagai teroris,” dan menegaskan perlawanan kelompok itu yang terus berlanjut.
Solidaritas dengan Gaza
Sejak November 2023, Ansarallah telah menargetkan kapal kargo yang terkait dengan ‘Israel’ di Laut Merah dengan rudal dan drone, memperluas operasinya ke serangan di dalam ‘Israel’ sebagai bentuk solidaritas dengan Gaza.
Sebagai balasan atas tindakan ini, Washington dan London melancarkan serangan udara terhadap posisi Houtsi di Yaman mulai awal 2024.
Sebagai tanggapan, kelompok tersebut menyatakan semua kapal Amerika dan Inggris sebagai target militer dan memperluas operasinya hingga mencakup kapal-kapal di Laut Arab dan Samudra Hindia.
‘Israel’ juga meningkatkan keterlibatannya, mengebom sejumlah target di Yaman, khususnya di Sana’a, dan mengancam akan “mengejar” para pemimpin Ansarallah. (zarahamala/arrahmah.id)