MOSKOW (Arrahmah.com) – Prancis dan Amerika Serikat diperkirakan akan segera mengirim diplomat ke Moskow untuk membahas konflik Nagorno-Karabakh, kata Rusia pada Kamis (12/11/2020), dua hari setelah Kremlin mengerahkan pasukan ke daerah kantong etnis Armenia di Azerbaijan demi mengamankan gencatan senjata.
Kedatangan pasukan yang dilabeli penjaga perdamaian pada hari Selasa (10/11) untuk mengawasi gencatan senjata antara pasukan Azeri dan pasukan etnis Armenia di kantong itu memperluas jejak militer Rusia di antara bekas republik Soviet yang dipandangnya sebagai halaman belakang strategisnya.
Moskow menjadi ketua bersama kelompok internasional yang mengawasi perselisihan Nagorno-Karabakh dengan Washington dan Paris, tetapi mereka tidak terlibat dalam kesepakatan yang ditandatangani oleh Rusia, Armenia dan Azerbaijan untuk mengakhiri enam minggu pertempuran di daerah kantong tersebut.
“Kami sama sekali tidak ingin menjauhkan diri dari rekan-rekan Amerika dan Prancis kami,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. “Apalagi kami sudah mengundang mereka ke Moskow. Mereka akan tiba dalam beberapa hari ke depan untuk membahas bagaimana mereka dapat berkontribusi pada implementasi kesepakatan yang dicapai.”
Kesepakatan itu, yang dinilai mengunci keuntungan teritorial oleh pasukan Azeri terhadap pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, memicu protes di Armenia yang menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Nikol Pashinyan ketika diumumkan pada Selasa pagi (10/11).
Ratusan pengunjuk rasa berunjuk rasa untuk hari ketiga di ibukota Armenia Yerevan pada hari Kamis (12/11) meneriakkan “Nikol adalah pengkhianat!”. Mereka kemudian berbaris ke markas Dinas Keamanan untuk menuntut pembebasan beberapa pemimpin oposisi dan aktivis yang ditahan pada hari Rabu (11/11).
Pashinyan, terpilih pada 2018 setelah protes jalanan terhadap dugaan korupsi menggulingkan mantan elit itu, mengatakan pada hari Kamis (12/11) bahwa dia telah menandatangani perjanjian untuk mengamankan perdamaian dan menyelamatkan nyawa.
Turki, yang telah mendukung Azerbaijan atas konflik tersebut, menandatangani protokol dengan Rusia pada hari Rabu (11/11) untuk mendirikan pusat bersama guna mengkoordinasikan upaya untuk memantau kesepakatan perdamaian, setuju setelah tiga upaya gencatan senjata sebelumnya gagal.
Rincian pemantauan belum dikerjakan dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada hari Kamis (12/11) bahwa para pejabat Rusia akan berada di Ankara pada hari Jumat untuk membahas hal tersebut.
Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, yang sekarang bergabung dengan delapan bekas republik Soviet lainnya di mana Rusia memiliki kehadiran militer. Moskow memiliki pangkalan militer di lima negara tetangga serta pasukan di wilayah yang memisahkan diri dari tiga negara lainnya. (Althaf/arrahmah.com)