WASHINGTON (Arrahmah.com) – Para pejabat AS tengah mempertimbangkan penjara militer kontroversial di Teluk Guantanamo, Kuba untuk menampung para pejuang ISIS yang ditangkap saat AS bersiap untuk menarik diri dari Suriah, menurut sebuah laporan yang dilansir Anadolu Agency.
Departemen Luar Negeri mengatakan kepada Associated Press (AP) bahwa mereka dapat dipindahkan ke Guantanamo.
“Strategi Nasional Administrasi untuk Kontraterorisme memperjelas bahwa hukum penahanan Konflik Bersenjata, termasuk di Guantanamo, tetap menjadi alat kontraterorisme yang penting dan efektif,” klaim departemen itu kepada AP, Kamis (7/2/2019).
Presiden AS Donald Trump telah mengambil pendekatan yang jauh berbeda dengan fasilitas penahanan daripada pendahulunya, Barack Obama, yang bekerja untuk menutup penjara tersebut.
Obama tidak dapat menutupnya setelah mendapat tekanan yang kuat dari Kongres. Namun ia memfasilitasi pemindahan tahanan ke negara-negara pihak ketiga dari ratusan tahanan yang dibebaskan oleh peninjauan antaragensi. Secara keseluruhan, 41 tahanan berada di lokasi ketika Obama turun dari jabatannya.
AS telah menuai kritik atas penggunaan penjara tersebut di mana para narapidana ditahan dan disiksa tanpa tuduhan.
Tetapi Trump telah berulang kali berbicara tentang fasilitas itu, menandatangani perintah eksekutif tak lama setelah mengambil alih kantor pada tahun 2017 untuk menjaga Guantanamo tetap terbuka setelah berjanji pada jejak kampanye untuk “memuatnya dengan beberapa pria ‘jahat’.”
Jika administrasi Trump mengirim tahanan ISIS ke Guantanamo, itu akan menandai pertama kalinya situs tersebut menerima tahanan baru dalam lebih dari satu dekade.
(fath/arrahmah.com)