DAMASKUS (Arrahmah.id) — Pejabat Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk menghapus kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS) dari daftar teroris AS, lapor The Washington Post (9/12/2024).
“Pejabat AS tengah berhubungan dengan semua kelompok yang terlibat dalam pertempuran di Suriah, termasuk kelompok utama yang menggulingkan Assad, HTS, yang pernah berafiliasi dengan ISIS dan Al Qaeda dan masih masuk dalam daftar teroris AS,” tulis surat kabar itu.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada The Post bahwa pemerintah AS belum mengesampingkan kemungkinan mencabut sebutan teroris dari HTS untuk memungkinkan kontak dan kerja sama AS yang lebih dalam dengan kelompok tersebut.
“Kita harus cerdas … dan juga sangat memperhatikan dan pragmatis terhadap realitas di lapangan,” kata pejabat tersebut.
Pejabat AS lainnya mengatakan Gedung Putih tengah melakukan “penilaian waktu nyata” tentang HTS, yang menguasai Damaskus pada hari Sabtu setelah serangan kilat selama dua pekan yang dilancarkan dari bentengnya di Provinsi Idlib, barat laut Suriah.
Pemerintah Inggris juga mempertimbangkan untuk menghapus HTS dari daftar kelompok teroris terlarang.
Menteri Kabinet Pat McFadden mengatakan kepada BBC bahwa situasi di negara itu “sangat tidak menentu,” dan jika keadaannya stabil, setiap perubahan dalam larangan tersebut akan menjadi “keputusan yang relatif cepat.”
HTS dilarang sebagai organisasi teror di Inggris setelah ditambahkan sebagai alias Al Qaeda pada tahun 2017.
McFadden menegaskan Inggris saat ini tidak dapat berkomunikasi dengan HTS.
Kota-kota besar Suriah, Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus, jatuh ke tangan HTS setelah Presiden Assad memerintahkan penarikan tentara Suriah dari posisi yang mempertahankan masing-masing kota tersebut.
“Jatuhnya rezim Assad memenuhi tujuan kebijakan luar negeri AS yang sudah lama, setelah Rusia dan Iran mendukung Assad di tengah upaya pemerintahan Obama untuk menggulingkannya,” tambah The Post.
Mantan utusan khusus AS untuk Suriah mengatakan dalam sebuah kutipan wawancara pada bulan Maret 2021 bahwa HTS merupakan “aset” bagi strategi AS di Suriah.
Duta Besar James Jeffrey mengatakan bahwa cabang Al Qaeda adalah “pilihan yang paling tidak buruk dari berbagai pilihan di Idlib, dan Idlib adalah salah satu tempat terpenting di Suriah, yang merupakan salah satu tempat terpenting saat ini di Timur Tengah.”
Saat itu, strategi AS adalah menggulingkan pemerintah Suriah melalui sanksi ekonomi yang menghukum , serupa dengan sanksi AS terhadap Irak yang menewaskan 500.000 anak selama tahun 1990-an.
Pada hari Ahad, Wakil Presiden terpilih JD Vance menyatakan kekhawatirannya mengenai sifat militan HTS, yang sering disebut di media barat sebagai “pemberontak.”
“Banyak dari ‘pemberontak’ adalah cabang ISIS,” tulis Vance . “Kita bisa berharap mereka telah berubah. Waktu yang akan menjawabnya.”
The Post menambahkan bahwa Presiden AS Joe Biden mengatakan dia berusaha memastikan bahwa Suriah tetap stabil semaksimal mungkin.
Surat kabar itu mengklaim bahwa kekhawatiran utama pemerintahan Biden adalah ISIS dapat memanfaatkan situasi kacau untuk membangun kembali dirinya sebagai kekuatan utama di negara tersebut. (hanoum/arrahmah.id)