WASHINGTON (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mengatakan pada Minggu (4/8/2019) bahwa ia “sangat percaya diri” Amerika Serikat akan dapat membangun koalisi maritim di Teluk, sekutunya dari Eropa dan Asia tidak begitu sigap menanggapi seruan tersebut.
Berbicara pada pertemuan antara para pemimpin AS dan Australia, Menteri Pertahanan Australia Mark Esper mengatakan dia telah mendapat tanggapan yang baik dari sekutu dan beberapa pengumuman dapat diperikirakan sesegera mungkin. Dan Pompeo mengatakan kepada wartawan bahwa banyak percakapan sedang berlangsung.
Tetapi Australia tidak membuat komitmen.
“Permintaan yang telah dibuat Amerika Serikat adalah permintaan yang sangat serius, dan sangat kompleks. Itu sebabnya kami saat ini harus memikirkannya dengan sungguh-sungguh,” kata sang Menteri Pertahanan Australia. “Belum ada keputusan yang dibuat.”
Dia mengatakan negaranya akan memutuskan berdasarkan apa yang ada dalam kepentingan kedaulatan terbaiknya sendiri.
Disebut “Operasi Sentinel”, rencana itu dipicu pada Juni di tengah kekhawatiran administrasi Trump bahwa Iran berada di balik serangkaian serangan terhadap kapal komersial di kawasan Teluk.
Jenderal Marinir Joseph Dunford, ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan Pentagon telah mengembangkan rencana khusus, dan peran utama militer AS adalah untuk memberikan “kewaspadaan domain maritim” – informasi intelijen dan pengawasan – kepada kapal-kapal mitra koalisi yang akan melakukan patroli di jalur air yang rentan seperti Selat Hormuz, yang memisahkan Teluk Arab dari Teluk Oman, serta Bab el Mandeb, selat yang diperdagangkan sangat banyak antara Yaman di Semenanjung Arab dan Djibouti dan Eritrea di Tanduk Afrika.
Setiap pengawalan kapal komersial akan dilakukan oleh kapal militer yang berlayar di bawah bendera kapal komersial, katanya.
Esper menyuarakan gagasan koalisi kepada sekutu selama pertemuan NATO, tetapi sejauh ini AS telah menerima beberapa komitmen publik dari negara lain. Sebaliknya, beberapa negara Eropa telah menyatakan keprihatinannya bahwa operasi itu dapat memancing konflik, dan mereka lebih tertarik pada solusi diplomatik.
Pompeo dan Esper, bagaimanapun, menyarankan pada Minggu (4/8) bahwa sejumlah negara diam-diam menyatakan dukungan dan mungkin bersedia untuk membuat komitmen publik segera. (Althaf/arrahmah.com)