WASHINGTON (Arrahmah.com) – Washington tidak mempertimbangkan kudeta militer dan penggulingan Mursi dari kekuasaan sebagai kudeta dan mengatakan situasi ambigu. Hal ini diumumkan pada konferensi pers oleh juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, lansir Kavkaz Center.
Menurut dia, pemerintah AS akan bekerja sama dengan junta militer (yang disebut pemerintah transisi-red) dalam “mempercepat dan mengefektifkan kembalinya demokrasi penuh”.
“Tujuan AS di sini adalah untuk membantu rakyat Mesir dalam masa transisi mereka menuju demokrasi dan tetap setia kepada kepentingan keamanan nasional kita,” klaimnya.
Penerapan keputusan tergesa-gesa bukan kebiasaan AS dan Washington membutuhkan waktu untuk memtusukan apa yang terjadi di Mesir, lanjut Carney mengklaim. Ia juga mengatakan bahwa AS akan mempertimbangkan kembali keputusan untuk memberikan bantuan ke Mesir.
Terkait penyerangan tentara junta terhadap Muslim yang tengah melaksanakan sholat subuh, juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa pemerintah aS “prihatin” dan mengecam setiap jenis agresi terhadap penduduk sipil.
“Jalan menuju demokrasi berduri dan terdiri dari serangkaian langkah-langkah yang kuat,” ujarnya mengutip pernyataan Barack Obama.
AS menyarankan kepada Mesir bahwa mereka berharap transisi menuju demokrasi akan memberikan mereka kehidupan yang “damai dan bebas dan akan memiliki dampak positif tidak hanya bagi negara itu sendiri, tetapi juga seluruh Timur Tengah dan sekutu AS”.
Perlu diketahui, Amerika Serikat menawarkan melalui perantaranya di dunia Arab kepada Mursi untuk mengubah semua jajaran kabinetnya, lansir New York Times mengacu kepada pernyataan penasehat Mursi.
Menurutnya, di jam-jam terakhir kepresidenannya, Mursi dihubungi oleh seorang menteri luar negeri dari negara Arab.
“Menteri luar negeri mengatakan ia bertindak sebagai utusan Washington, dan meminta apakah Mursi akan menerima penunjukan perdana menteri dan kabinet baru, yang akan mengambil alih semua kekuasaan legislatif dan mengganti seluruh gubernur provinsi yang dipilih,” tulis New York Times.
Surat kabar itu menjelaskan bahwa Mursi dalam merespon hal tersebut, menunjuk lehernya, sehingga jelas bahwa ia lebih suka terbunuh daripada menerima kondisi tersebut.
Segera setelah percakapan tersebut, asisten Mursi terkemuka untuk kebijakan luar negeri, Essam el Haddad, menghubungi duta Amerika Anne Patterson dan memberitahu mengenai penolakan Mursi.
El Haddad kembali ke ruangan Mursi dan mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan penasehat kepala untuk keamanan nasional, Susan Rice, dan bahwa ia menyadari aksi militer yang akan datang ditujukan untuk menentang Mursi dan upaya untuk mengusir Mursi dari kekuasaan, lanjut NYT mengutip ajudan Mursi. (haninmazaya/arrahmah.com)