WASHINGTON (Arrahmah.com) – Departemen Luar Negeri AS telah menolak untuk mengambil posisi atas pengaduan New Delhi terhadap Pakistan karena menggunakan F-16 dalam pertempuran udara dengan India, dengan mengatakan bahwa mereka tidak menawarkan komentar publik tentang perjanjian bilateral, Dawn melaporkan, Kamis (7/3/2019).
“Kami telah melihat laporan itu dan kami mengikuti masalah itu dengan sangat cermat. Saya tidak dapat mengkonfirmasi apa pun. Tetapi sebagai kebijakan, kami tidak mengomentari secara terbuka isi perjanjian bilateral … yang melibatkan teknologi pertahanan AS,” kata wakil juru bicara departemen itu, Robert Palladino.
Pada jumpa pers Selasa (5/3), Palladino mengatakan AS juga menghindari diskusi publik membahas komunikasi dengan negara-negara lain tentang masalah tersebut.
“Jadi, kami meninjau dan kami akan terus meninjau, dan saya akan membiarkannya,” katanya.
Pada Rabu (6/3), jurnalis New York Times, Maria Abi-Habib merilis satu tweet yang mengatakan bahwa bertentangan dengan desakan India, Pakistan mungkin tidak melanggar perjanjian penjualan F-16 dengan AS, bahkan jika menggunakan jet tempur buatan Amerika untuk menembak jatuh pesawat India minggu lalu.
https://twitter.com/Abihabib/status/1103132506600157184?ref_src=twsrc%5Etfw
Pada 27 Februari, Angkatan Udara Pakistan (PAF) mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh dua pesawat India di dalam wilayah udara Pakistan.
Namun para pejabat India mengeluh bahwa pesawat yang digunakan oleh PAF untuk masuk ke Kashmir yang diduduki adalah F-16. Menurut New Delhi, penggunaan F-16 oleh Pakistan dalam melawan India berarti pelanggaran Islamabad atas perjanjian penjualan dengan AS, yang dilaporkan membatasi jet tempur hanya untuk kegiatan “anti-terorisme”.
Namun, Abi-Habib, koresponden Asia Selatan NYT, menjelaskan Pakistan mungkin tidak melakukan pelanggaran perjanjian penjualan dengan AS bahkan jika mereka menggunakan F-16 untuk menembak jatuh jet India (yang menurut PAF tidak pernah terjadi).
“AS mengatakan jika Pakistan menggunakan F-16 untuk menembak jatuh MiG India, itu mungkin tidak melanggar perjanjian penjualan,” ia men-tweet.
“Mereka mengatakan jika India memasuki wilayah udara Pakistan di hari kedua, dan Pakistan menggunakan jet itu untuk mempertahankan diri, kontrak itu tidak dilanggar. Tetapi, jika Pakistan menggunakan F-16 untuk menyerang India terlebih dahulu, maka kesepakatan dilanggar.”
Mengutip para pakar dan pejabat senjata, Abi-Habib juga memberi tanda tanya pada klaim Angkatan Udara India (IAF) bahwa sisa-sisa rudal AIM-120 yang ditampilkan oleh New Delhi sebaga ‘bukti’ penggunaan Pakistan atas F-16 dalam serangan balasan untuk insiden Balakot. Dia juga mengatakan para pejabat AS tidak memiliki alasan yang cukup untuk percaya bahwa F-16 ditembak jatuh oleh India, seperti yang diklaim oleh IAF.
Abi-Habib mencatat bahwa meskipun keinginannya untuk memperkuat hubungannya dengan India, AS tidak mendukung bualan India dari insiden minggu lalu. Dia menggambarkan keengganan AS sebagai sikap yang “sangat menarik”.
Sementara itu, mantan wakil kepala PAF, Shahid Latif, menyatakan pada harian News International, kemarin (6/3), bahwa tidak ada persyaratan yang disertakan dalam pembelian jet tempur F-16 oleh Islamabad dari AS yang menyatakan bahwa alat tersebut tidak sah digunakan Pakistan untuk melawan India.
“Pakistan dapat menggunakan jet F-16 untuk mempertahankan diri dari serangan negara lain, termasuk India,” ungkap Latif sebagai jawaban atas pertanyaan apakah persyaratan dalam pembelian itu melarang penggunaan F-16 dalam operasi ‘ofensif’ atau tidak.
“Jika Pakistan terikat untuk tidak menggunakan F-16 ini melawan India, lalu mengapa negara itu membelinya?”
“Kami tidak membutuhkan mainan,” pungkasnya.(Althaf/arrahmah.com)