WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pemerintah Rusia secara aktif menampung para peretas dan pemeras ransomware yang beroperasi dari dalam negeri, menurut klaim pejabat tinggi keamanan nasional Departemen Kehakiman AS, pada Rabu (16/6/2021), ketika para pemimpin kedua negara mengadakan pembicaraan di Jenewa.
“Ada banyak aktivitas ransomware yang datang dari perbatasan Rusia, yang tidak dilakukan oleh pejabat pemerintah Rusia, tetapi ditoleransi oleh pemerintah Rusia,” ujar Asisten Jaksa Agung John Demers dalam konferensi yang diadakan oleh grup media Cyberscoop, seperti dilansir AFP.
“Tetapi apa yang kami lihat sebagian besar adalah pelaku kriminal yang meminjamkan alat dan bakat mereka kepada pemerintah, dan diizinkan untuk melakukan banyak aktivitas yang kami lihat hari ini,” katanya.
“Mereka tidak hanya menoleransi ini, mereka secara aktif menghalangi upaya penegakan hukum AS untuk memerangi jenis peretasan ini,” katanya.
Demers membuat tuduhan tepat ketika Presiden AS Joe Biden bertemu di pertemuan puncak Jenewa dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, di mana peretasan oleh Rusia diperkirakan akan menjadi salah satu pembicaraan.
Peretas yang berbasis di Rusia diduga berada di balik serangan ransomware baru-baru ini pada jaringan distribusi minyak utama AS, Colonial Pipeline, yang memaksa penutupan pengiriman bahan bakar ke sebagian besar bagian timur AS selama beberapa hari.
Serangan lain baru-baru ini juga disalahkan pada peretas yang berbasis di Rusia yang mematikan komputer JBS, salah satu pengepakan daging terbesar di dunia.
Kelompok Ransomware yang sebagian besar berbasis di Rusia dan Eropa Timur telah memeras ratusan juta dolar dari sebagian besar perusahaan barat, badan pemerintah, dan organisasi lain dalam beberapa tahun terakhir.
“Kejahatan cukup sulit untuk dipecahkan ketika pemerintah telah melakukan segala yang mereka bisa untuk menyelesaikannya” kata Demers.
“Ketika mereka secara aktif lebih dari sekadar menoleransi, benar-benar menggunakannya untuk keuntungan mereka sendiri, itu menjadi sangat sulit untuk dihadapi.” (haninmazaya/arrahmah.com)