WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika kembali menolak upaya Palestina untuk mendapat pengakuan sebagai Negara Palestina Merdeka secara sepihak dari PBB. Juru bicara Deplu AS Mark Toner mengatakan bahwa gagasan pengakuan Negara Palestina secara sepihak bukanlah gagasan yang baik, Selasa (19/4/2011).
Seperti yang diketahui, pembicaraan damai yang diperantarai AS antara Israel dan Palestina telah dimulai lagi pada September 2010, tapi macet tak lama setelah Israel menolak memperpanjang moratorium dalam pebangunan permukiman di wilayah Palestina yang didudukinya.
AS yang memimpin proses perdamaian itu menegaskan, bahwa hanya perjanjian yang dirundingkan sepenuhnya dengan Israel mengenai “solusi dua negara” yang dapat menghasilkan perdamaian yang kekal antara kedua negara itu.
“Kami terus mendesak kedua belah pihak untuk memulai pembicaraan lagi dalam perundingan langsung,” kata Toner.
Sementara itu seperti yang dilaporkan London Times, Rabu (13/4) Tony Blair, mewakili PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia, siap mendukung berdirinya negara Palestina.
Tony Blair adalah dutabesar kelompok empat pihak yang dikenal sebagai The Quartet on the Middle East, atau The Diplomatic Quartet atau The Madrid Quartet, yang dibentuk tahun 2002 untuk membantu usaha-usaha perdamaian antara Palestina dengan Zionis. Keempat pihak itu adalah PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia.
London Times juga mengabarkan, Blair dijadwalkan berbicara di Brussels dan akan menyatakan dukungan atas pembentukan negara Palestina di bawah “kepemimpinan Otoritas Palestina dan Perdana Menteri Palestina, Salam Fayyad”.
Menurut Blair, negara Palestina di bawah kepemimpinan Otoritas Palestina itulah yang akan menjawab kecemasan-kecemasan Israel mengenai masalah keamanan mereka.
Sebagaimana dikabarkan beberapa bulan lalu, oleh Al-Jazeera, lewat The Palestine Papers, pihak Otoritas Palestina (pimpinan Mahmoud Abbas) telah ‘menjual’ tanah Palestina – termasuk Al-Quds tempat Masjidil Aqsha berada – dalam perundingan dengan pihak Zionis.
Termasuk dari ‘dagangan’ para negosiator Otoritas Palestina adalah menjanjikan seluas-luasnya tanah Palestina bagi pihak Zionis, mengurangi jumlah pengungsi Palestina yang dibolehkan kembali dan memberikan Masjidil Aqsha ke bawah pengawasan internasional.
Meski AS terus ngotot melakukan penolakan, mayoritas Negara di dunia internasional telah mengakui keberadaan Negara palestina. Pada januari 2011 Paraguay dan Cyprus akhirnya bergabung dengan sejumlah negara Amerika Latin lainnya dalam mengakui keberadaan Palestina
sebagai sebuah negara yang merdeka sesuai batas yang dibuat 4 Juni 1967. Sebelumnya Bolivia, Brasil, Argentina, Uruguay, Ecuador, Chile, Guyana dan peru telah terlebih dahulu mengakui negara Palesrtina. Irlandia, perancis, dan spanyol adalah beberapa Negara di daratan eropa yang juga menyepakati pengakuan Negara palestina merdeka.
Negara kafir (sok) adi kuasa
Adalah sebuah hal yang menggelikan ketika berdirinya sebuah negara perlu pengakuan sah dari Amerika, meski seluruh negara di dunia mengakui tetap saja pengakuan itu tidak sah apabila Amerika tidak menyetujui. Memang siapa Amerika Serikat? Negara kafir yang menempatkan diri sebagai polisi internasional ini toh pada faktanya tidak becus menyelesaikan masalah dalam negerinya sendiri.
Setiap tahunnya tercatat 20 juta kasus kejahatan di Amerika Serikat. Juru bicara kantor pendataan di Kementrian Kehakiman AS mengatakan, berdasarkan data yang ada tercatat bahwa pada tahun 2009 angka kejahatan yang meliputi pencurian dan pembunuhan meningkat tajam.
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan IRNA, Juru bicara kantor pendataan di Kementerian Kehakiman AS menandaskan, dari keseluruhan angka tersebut 4.300.000 kasus lebih terkait dengan aksi pemerkosaan, perampokan dan penganiayaan.
Ditambahkannya, kasus pencurian dari rumah dan pencurian mobil tercatat sebanyak 15,6 juta kasus sementara kasus pencopetan terdata sebanyak 133 kasus. Laporan yang sama menyebutkan bahwa di AS dengan populasi jumlah penduduk 300 juta jiwa, tercatat dari 100 orang tujuh diantaranya menjadi korban kejahatan dan pencurian.
Sementara itu situs penerangan Kepolisian Federal AS dalam laporannya menyebutkan bahwa pada tahun 2009 terjadai 16 ribu kasus pembunuhan yang dilaporkan secara resmi ke kepolisian.
Korban kejahatan terbanyak adalah kelompok warga kulit hitam yang jumlahnya dengan memperhitungkan prosentase kependudukan mencapai tujuh kali lipat lebih besar dibanding warga kulit putih.
Di sejumlah kota khususnya Detroit di negara bagian Michigan, tingkat kejahatan sedemikian tinggi sehingga disamakan oleh sebagian kalangan dengan kawasan perang. Dinyatakan pula bahwa setiap tahunnya tercatat ratusan ribu kasus perkosaan. 90 persen pelaku perkosaan tidak pernah ditahan.
Lihatlah kenyataan yang terjadi di area regional AS sendiri. Masih pantaskah AS diberi posisi penting di dunia internasional, terlebih menyangkut kelangsungan kehidupan negara-negara lain khususnya Timur Tengah. Kegagalan demi kegagalan, invasi demi invasi, yang diberlakukan AS pada Negara lain tidak lain hanya makin menaikkan nominal utang AS tanpa hasil positif untuk Negara yang bersangkutan.
Berapa banyak dokumen dibeberkan di situs wikileaks membuka rahasia politik ‘tikus’ AS guna menancapkan taring nya sebagai negara adidaya yang notabenenya tak pernah menjalankan fungsinya.
Hal demikian seyogyanya dijadikan pelajaran bagi negara-negara lain bahwa AS kini tak lagi mempunyai kekuatan super power, AS tengah berada di tepi jurang keruntuhannya dengan akar-akar demokrasi yang mengalami osteoporosis di tiang-tiang pendiriannya.
Mari kita menikmati adegan demi adegan dalam drama yang mempertontonkan melunaknya taring Amerika yang menggiringnya menuju keruntuhan. (m1/arrahmah.com)