WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pemerintahan Irak mendanai Kelompok Kebangkitan Sunni, agar bergabung dengan AS dalam perlawanannya terhadap kelompok Al-Qaeda(kini Daulah Islam Irak-red).
Pemerintahan Nuri al-Maliki, yang didominasi anggota partai Syi’ah, mulai mendanai sekitar 54.000 anggota kelompok sejak Selasa lalu.
Kelompok Kebangkitan dibentuk pada 2005 ketika anggota suku Sunni, yang sebelumnya melawan pasukan AS dan pemerintahan Irak, akhirnya bergabung setelah menyetujui persenjataan, uang dan pelatihan yang ditawarkan pemerintahan Irak.
Sekitar 1.000 orang anggota kelompok di Irak dan menurut data mereka adalah salah satu alasaan utama menurunnya jumlah kekerasan di kota tersebut. Mowaffak Al-Rubaie, penasehat keamanan nasional Irak mengatakan pada AFP, “Pemerintahan Irak akan membayar “gaji” pertama mereka pada 31 Oktober 2008”.
Pembayaran 54.000 anggota Sahwas di Baghdad ditaksir sekitar 15 Juta Dollar.
Kendali Sahwas di Irak tengah, Barat dan Utara akan diserahkan perlahan-lahan.
Al-Rubaie mengatakan Baghdad akan terus mempekerjakan pasukan tersebut untuk memperluas daerah keamanan.
“Seluruh anggota akan diperiksa dengan teliti untuk memastikan kekuatan fisik dan latar belakang izin mereka sebelum bergabung dalam pasukan. Semua akan dilatih dengan merata”, dia berkata.
Menurut laporan Pentagon yang diterima kongres Selasa lalu, menyebutkan penurunan kekerasan sebanyak 77 persen di Irak dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terlihat bahwa kemajuan terjadi bahkan ketika banyak tentara AS yang tewas.
Namun, taksiran Asosiasi Pers menunjukkan jumlah pasukan keamanan Irak yang terbunuh pada September meningkat menjadi 159 – jumlah tertinggi ketiga dibandingkan periode yang sama tahun lalu – padahal jumlah tentara AS dan korban penduduk sipil menurun.
AS khawatir pemerintahan Irak terlalu lambat dalam mengumpulkan pasukan Sunni.
Dalam laporan tersebut, terdapat peringatan akan kemungkinan meningkatnya jumlah serangan mendekati pemilihan propinsi jika pasukan Sunni merasa pemerintahan Al-Maliki menghalangi mereka.
Menahan Kelompok Kebangkitan dalam menyerang pasukan keamanan Irak dan penduduk sipil telah menjadi “tantangan yang berat” dan “pertumbuhan lambat yang memprihatinkan”, Pentagon melaporkan.
George Bush ,Presiden Amerika Serikat, mengumumkan pada awal bulan ini bahwa AS akan menarik sekitar 8.000 tentaranya dari Irak pada Februari, dengan setengahnya meninggalkan Irak pada akhir 2008.
Namun AS juga merencanakan penyebaran tahun depan yang memungkinkan AS menempatkan sebagian besar tentaranya tetap disana selama 2009.
Sekitar 152.000 pasukan AS menempati Irak.
Bahkan ketika kekerasan di Irak mereda tahun lalu, dengan hati-hati pemimpin Pentagon telah menolak masyarakat dan kongres yang terus mendesak untuk menarik pasukannya sesegera mungkin. (Hanin Mazaya/Arrahmah.com)