DAMASKUS (Arrahmah.com) – AS membantu Assad agar terus bertahan dalam kekuasaan dengan mengirimkan pasukan boneka Yaman untuk membantunya.
Menurut beberapa pengamat, Washington menyadari beberapa bulan lalu bahwa mereka tidak bisa menghentikan kelompok Islam dalam oposisi Suriah, sebagian besar berjuang untuk Islam, lapor UmmaNews.
Amerika menghadapi dilema di mana mereka tidak mengizinkan tegaknya Syariah Islam di Suriah dan pada saat yang sama dengan dukungan terbuka kepada rezim brutal Assad setelah korban yang berjatuhan begitu banyak di kalangan penduduk sipil Suriah, akan menempatkan AS ke dalam kategori negara bajingan seperti Rusia.
Dalam hal ini, AS sedang mencoba membeli waktu untuk menemukan solusi yang dapat diterima untuk “masalah Islam” di Suriah, tidak menentang bantuan bagi pemberotak oleh negara-negara Arab dan pada saat yang sama menggunakan rezim, khususnya Yaman untuk menopang Assad.
Oleh karena itu jelas bahwa semua retorika AS pada “tidak dapat diterimanya dukungan terhadap rezim Assad oleh Rusia, Iran dan Hizbullah Lebanon” hanya retorika politik yang dirancang untuk menyembunyikan dukungan untuk rezim Assad.
Dalam video yang disiapkan oleh unit media Mujahidin Jabhah an-Nushrah, Manarat Al-Baida, terlihat pengakuan lima tentara boneka Yaman yang ditangkap oleh Mujahidin di Suriah utara.
Para murtadin ini mengaku bahwa mereka mengambil bagian dalam pertempuran di sisi Alawiyah dan tiba di Suriah atas permintaan khusus pemerintah boneka Yaman.
Pasukan boneka Yaman melakukan perjalanan ke Suriah, mungkin melalui Arab Saudi. Ini bukan pertama kalinya rezim Saudi membantu kelompok-kelompok bersenjata musuh Islam dari kalangan Syiah, dan memindahkannya ke Suriah.
Perlu diingat bahwa pada bulan Februari, Saudi mengizinkan masuk kapal perang dan helikopter rafidah Iran melalui kota pelabuhan Jeddah (sekitar 60 Km dari Mekkah) dalam perjalanan mereka menuju pelabuhan Suriah, Tartus.
Hal ini dilaporkan oleh harian Arab Saudi, Arab News. Mengirimkan tentara dan senjata untuk Assad melalui Arab Saudi disebut dengan “kunjungan persahabatan kapal angkatan laut”.
Rupanya, pengungkapan informasi tentang tentara Yaman yang bertempur membela rezim Assad serta pernyataan yang jelas dan tegas dari Jabhah an-Nushrah mengenai niatnya untuk menegakkan Syariah Islam, mendorong AS untuk menempatkan organisasi ini menjadi apa yang disebut “organisasi teroris” dunia.
Pernyataan AS bahkan mengandung bagian-bagian konyol seperti : “Orang-orang Amerika dilarang melakukan transaksi keuangan dengan kelompok dan aset kelompok di AS dibekukan”.
Dengan itu, Obama secara resmi telah mengakui apa yang disebut “Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi” yang biasanya bernama Koalisi Nasional Suriah (SNC), yang ditolak oleh seluruh pejuang Suriah di lapangan dan bahkan tentara pembebasan Suriah (FSA) yang menjadi representatif rakyat Suriah.
SNC juga diakui oleh Perancis, Inggris, urki dan negara-negara Teluk.
Namun, tindakan AS melawan Jabhah an-Nushrah hanya mengintensifkan sentimen anti-AS di kalangan pemberontak Suriah. Menurut The Telegraph, pejuang Islam menentang Washington dan bersumpah akan setia kepada Jabhah an-Nushrah.
Sebanyak 29 kelompok oposisi termasuk brigade pertepuran dan komite sipil telah menandatangani petisi yang menyerukan demonstrasi massal dalam mendukung Jabhah an-Nushrah.
Petisi tersebut berisi menentang intervensi Amerika karena mereka smua adalah Jabhah an-Nushrah dan mendesak pendukungnya untuk mengibarkan bendera Jabhah an-Nushrah sebagai rasa terima kasih.
“Ini adalah laki-laki kami untuk rakyat Suriah, ini adalah pahlawan yang menjadi milik kami dalam agama, dalam darah dan dalam revolusi,” tulis sebuah pernyataan di halaman Facebook yang beredar luas di oposisi Suriah.
Menurut The Telegraph, meskipun front an-Nushrah memposisikan diri sebagai organisasi independen dengan komando militernya sendiri, terpisah dari FSA, namun banyak pemimpin FSA yang kini mengakui kekuatan dan memerintahkan tentaranya untuk bekerjasama dengan Mujahidin an-Nushrah.
Dalam sebuah video yang diposting online, memperlihatkan Muslim berbaris melalui kota Aleppo menyatakan dukungan terhadap Mujahidin Jabhah an-Nushrah.
“Dengan memanggil An-Nushrah sebagai teroris, AS melegitimasi pemboman oleh rezim Suriah terhadap kota-kota seperti Aleppo. Sekarang rezim bisa mengatakan mereka menyerang teroris,” ujar Mulham Jundi, yang bekerja dengan badan amal oposisi Watan Suriah.
Menurut Telegraph, semakin kuatnya Jabhah an-Nushrah tampaknya telah membawa kekhawatiran untuk AS, pasukan yang berperang atas nama Islam terus meningkat.
Barat berusaha untuk “memperbaiki” proses Islamisasi kelompok bersenjata oposisi dengan mendukung pembentukan struktur komando baru untuk FSA sekuler pada pertemuan di Turki.
Kini, negara-negara Barat dan Uni Eropa mencoba membujuk komandan Mujahidin dari berbagai front untuk mengikuti komando FSA sekuler.
Namun, seperti yang diceritakan oleh salah satu Mujahid kepada The Telegraph, upaya AS datang sedikit lebih lambat dan bahwa setiap upaya AS untuk campur tangan dalam Jihad Suriah akan ditolak.
“Kami tidak mendukung komando militer FSA baru,” ujar Ous al-Arabi, juru bicara Dewan Revolusi Deir al-Zour.
“Untuk provisi Deir al-Zour, mereka telah memilih orang yang tidak mewakili. Jabhah an-Nushrah adalah kelompok terkuat di sini dan mereka mengabaikan itu,” ujarnya. “Rakyat tidak akan menerima intervensi Barat sekarang. Kalian menyaksikan kami mati, dan sekarang saat kami sudah dekat dengan kemenangan, mereka ingin campur tangan. Mereka tidak diterima.” (haninmazaya/arrahmah.com)