KABUL (Arrahmah.com) – Dengan semakin dekatnya tahun 2014, tahun yang dijadwalkan untuk menarik sebagian besar pasukan penjajah Barat dari bumi Afghanistan, AS semakin memahami kebutuhan mendesak untuk menutupi kekalahan yang menghancurkan di Imarah Islam.
Untuk tujuan ini, baru-baru ini Washingron meningkatkan upaya untuk mengatur negosiasi dengan para Mujahid, yang bertujuan untuk membujuk mereka meninggalkan semua bentuk “terorisme dan ekstrimisme” dan setuju untuk menerapkan demokrasi (Barat baru-baru ini juga telah mencoba menerapkan taktik yang sama untuk Mujahidin Ansar ad-Din di Mali), lansir Kavkaz Center.
Beberapa hari lalu, Duta Besar AS untuk Pakistan, Richard Olson berbicara di Institut Studi Strategis di Islamabad, mengatakan AS “siap untuk membuka perundingan dan rekonsiliasi” dengan Imarah Islam Afghanistan (IIA).
Menurutnya, Mujahidin bisa menjadi bagian dari masa depan Afghanistan jika mereka menemukan “kondisi untuk memastikan perdamaian dan stabilitas jangka panjang”.
Olson juga mengatakan kantor baru IIa di Qatar dapat digunakan untuk negosiasi antara Dewan Perdamaian Tinggi pemerintahan Karzai dan perwakilan IIA.
“Hasil akhir dari setiap proses harus memastikan bahwa Taliban mengakhiri kekerasan, memutuskan hubungan dengan Al Qaeda dan menerima konstitusi Afghanistan. Jika ini terjadi, maka kami yakin Taliban dapat menjadi bagian dari masa depan Afghanistan,” harap Olson.
Untuk “mendemokrasikan” IIA, pemerintah boneka Pakistan menawarkan kontribusinya dengan menyatakan kesediaannya untuk membebaskan semua tahanan Mujahidin yang mendekam di penjaranya.
Saat ini di penjara Pakistan diperkirakan terdapat lebih dari 100 Mujahid yang ditawan termasuk Mullah Baradar, wakil Mullah Omar hafidzahullah. Dengan pelepasan tahanan, Amerika Serikat dan anteknya berharap Imarah Islam Afghanistan akan terlibat dalam “proses perdamaian”.
Namun banyak pengamat percaya bahwa pelepasan Mujahidin tidak berarti bahwa mereka akan menjadi pendukung demokrasi. Sebaliknya, mereka dapat mengintensifkan upaya untuk menggulingkan rezim boneka Karzai. (haninmazaya/arrahmah.com)