WASHINGTON (Arrahmah.com) – Salah seorang penulis buku Amerika menyatakan bahwa AS saat ini tengah mencari rezim pengganti Bashar Al Assad di Suriah yang akan menjadi kliennya dalam melayani kepentingan Washington, seperti dikutip Press TV pada Kamis (9/2/2012).
Stephen Lendman mengatakan dalam wawancaranya bersama Press TV pada Rabu (8/2) bahwa Washington berencana untuk mengubah rezim di Suriah dalam rangka menegakkan pemerintahan pro-Barat di negara tersebut.
Lendman juga mengatakan kejadian di Suriah merupakan replikasi dari yang pernah terjadi di Libya sebelumnya, namun minus pemboman NATO.
“Jangan salah. Jika semua langkah ini gagal, Anda dapat memperkirakan bahwa akan bombardir di sana-sini,” tambahnya.
“Kita tahu di Libya, kita lihat NTC (Dewan Transisi Nasional) didirikan – sebuah kelompok ilegal yang berubah menjadi pemerintahan Libya yang sah. Hukum internasional melarang hal seperti itu seharusnya.”
“Kita melihat hal yang sama sekarang (di Suriah). Anda sudah mendapat Dewan Nasional Suriah yang berbasis di Turki. Anda sudah mendapat Angkatan Darat yang disebut Bebaskan Suriah. Ini adalah militan. Ini adalah gerilyawan. Mereka tidak memiliki legitimasi. Mereka adalah geng operasi nakal,” kata Lendman.
Pernyataan Lendman itu muncul pada saat Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengatakan sekjen Liga Arab (AL), Nabil al-Arabi, telah mengusulkan tim pengawas gabungan PBB-LA, termasuk utusan khusus bersama, untuk melanjutkan upaya pemantauan situasi di Suriah.
Pada tanggal 28 Januari sekjen Liga Arab mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa organisasi telah memutuskan untuk “segera menghentikan misi Liga Arab ke Suriah” karena memburuknya situasi kritis di negara ini.
Tim ini telah berada di Suriah sejak 26 Desember 2011 dan ditugasi memantau pelaksanaan rencana Liga Arab selama kerusuhan berlangsung.
Barat dan oposisi Suriah menuduh pemerintah berada di balik kerusuhan yang dimulai pada pertengahan Maret 2011.
Sementara Damaskus sendiri mengklaim “penjahat, penyabot, dan kelompok teroris bersenjata” yang bertanggung jawab atas kekacauan, yang menurutnya, diatur dari luar negeri. (althaf/arrahmah.com)