KABUL (Arrahmah.com) – Sejumlah LSM internasional yang bekerja di Afghanistan menuduh AS melakukan militerisasi pekerjaan mereka dengan melampirkan sejumlah ketentuan dalam pemberian bantuan maupun hibah.
Mereka pun menyatakan penolakan mereka terhadap dana dari pemerintah AS sebagai uang ikatan operasi militer.
Salah satu ketentuan tersebut adalah “membersihkan medan pertempuran”, dimana mereka harus bekerja secara langsung di bawah tim-tim rekonstruksi militer AS.
Anne Richard, dari Komite Penyelamatan Internasional, mengatakan: “Kadang-kadang, pemimpin militer beranggapan bahwa karena kami berada di tempat yang sama, kami memiliki tujuan yang dengan mereka.”
“Tujuan kami adalah untuk membantu orang-orang Afghan – idealnya, membuat warga berdaya. Sedangkan tujuan militer adalah bertempur dalam peperangan dan menyediakan keamanan.”
“Militer termotivasi oleh kepentingan nasional AS, sedangkan kami termotivasi oleh kemanusiaan.”
Kekurangan Bantuan
Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan mengatakan bahwa penggalangan dana mereka pada tahun 2009 turun $200 juta, jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan mereka untuk membantu orang-orang Afghanistan.
Namun, William Frej, direktur misi USAID, berkata: “keluhan mereka (para lembaga bantuan internasional) merupakan penggambaran yang sama sekali keliru terhadap apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
“Tanpa dukungan militer, banyak lembaga kemanusiaan – seperti Oxfam, yang menghimpun keluhan-keluhan seperti itu – tidak akan bisa masuk ke daerah-daerah yang dikuasai oleh pemberontak,” klaim Frej.
Luar risiko yang erat terkait dengan militer, organisasi bantuan juga berpendapat bahwa mereka hanya lebih baik dalam memberikan bantuan.
“Saya sama sekali tidak habis pikir bahwa militer Amerika memberikan aturan jika kami ingin bekerja di bidang kemanusiaan, kami harus pergi ke militer,” kata Richard.
“Justru saya berpikir bahwa jika Amerika ingin melakukan pekerjaan ini dengan baik, merekalah yang harus bergabung dengan organisasi kami.” (althaf/alj/arrahmah.com)