MOZAMBIK (Arrahmah.com) – Pasukan Khusus Amerika Serikat (AS) mulai membantu dan melatih pasukan Mozambik pekan ini sebagai bagian dari upaya untuk mengusir militanyang berafiliasi ke Islamic State (ISIS) yang menyebar di timur laut Mozambik. Pasukan Baret Hijau AS ini dikabarkan akan melatih marinir Mozambik selama dua bulan ke depan.
Pekan lalu AS secara resmi menetapkan kelompok militant itu, yang dikenal secara lokal sebagai Al Sunna wa Jama’a, sebagai entitas teroris global dan menjatuhkan sanksi kepada pemimpinnya, Abu Yasir Hassan.
Kelompok militan yang terlibat perang di Mozambik diyakini memiliki hubungan dengan militan ISIS yang ada di beberapa negara Afrika.
Pada tahun lalu, mereka telah merebut sebagian wilayah di provinsi utara Cabo Delgado, termasuk sebuah pelabuhan di Samudra Hindia.
Beberapa ahli khawatir bahwa penunjukan AS bahwa kelompok tersebut terkait dengan ISIS akan menghambat upaya di masa depan untuk mengakhiri pemberontakan melalui negosiasi.
“Ada kekhawatiran bahwa penunjukan ini dapat mempersulit pengiriman bantuan kemanusiaan di Cabo Delgado, dan kemungkinan dialog dengan militan di sana,” kata Dino Mahtani, wakil direktur program Afrika di International Crisis Group, yang baru-baru ini mengunjungi Mozambik.
Namun, ganasnya perlawanan di Cabo Delgado, provinsi paling utara Mozambik, telah mengejutkan para perwira militer, diplomat, dan pejabat kontraterorisme AS.
Sebuah kelompok yang sebelumnya pada tahun 2017 berjumlah 70 orang saja, sekarang telah berkembang menjadi sebanyak 800 pejuang, dengan kemampuan melakukan serangan di negara tetangga Tanzania.
Pada 2019, diperkirakan 160 tentara bayaran Rusia dari Wagner Group, terbang ke Cabo Delgado. Tetapi mereka dengan cepat menarik mundur pasukannya setelah tujuh personel Wagner dibunuh oleh militan, kata pejabat AS.
Menyiasati dahsyatnya serangan militan, Mozambik beralih ke tentara bayaran dari Afrika Selatan, khususnya Grup Penasihat Dyck. Tapi Amnesti Internasional menuduh mereka telah melakukan kejahatan perang, dengan melakukan pembunuhan pada warga sipil. (Hanoum/Arrahmah.com)