SANA’A (Arrahmah.id) – Amerika Serikat telah melakukan lima serangan di wilayah-wilayah Yaman yang dikuasai oleh kelompok Syiah Houtsi, Komando Pusat AS (US Central Command (CENTCOM) mengatakan.
Mereka mengatakan bahwa mereka telah menyerang tiga rudal jelajah anti-kapal, satu kapal permukaan tak berawak, dan satu kapal bawah air tak berawak (UUV) pada Sabtu (17/2/2024).
“Ini adalah penggunaan UUV pertama sejak serangan dimulai pada 23 Oktober,” kata CENTCOM dalam sebuah posting di X pada Ahad (18/2).
CENTCOM mengatakan bahwa rudal dan kapal-kapal tersebut merupakan ancaman yang akan segera terjadi pada kapal-kapal Angkatan Laut AS dan kapal-kapal dagang di daerah tersebut.
Tidak ada komentar langsung dari kelompok Houtsi yang bersekutu dengan Iran.
Serangan terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, di mana para pejuang Houtsi telah melakukan serangan terhadap pelayaran komersial dan militer sejak November, lansir Al Jazeera.
Houtsi awalnya mengatakan bahwa mereka akan menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan “Israel” sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, namun kemudian memperluas target mereka dengan menyertakan kapal-kapal yang terkait dengan Inggris dan Amerika Serikat.
London dan Washington telah merespon dengan menyerang target-target Houtsi di Yaman beberapa kali, dan menyebut serangan-serangan Houtsi sebagai serangan yang tidak pandang bulu dan merupakan ancaman bagi perdagangan global.
Pada Sabtu, Houtsi mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap kapal tanker minyak Inggris yang diidentifikasi oleh AS sebagai kapal berbendera Panama yang membawa minyak mentah menuju India.
Dihadapkan pada ketidakamanan Laut Merah yang meningkat, jalur-jalur pelayaran utama sebagian besar telah meninggalkan rute perdagangan yang penting untuk rute yang lebih panjang di sekitar Afrika. Hal ini telah meningkatkan biaya, memicu kekhawatiran akan inflasi global dan juga mengurangi pendapatan asing Mesir yang sangat penting dari para pengirim barang yang menggunakan Terusan Suez ke atau dari Laut Merah.
“Meskipun kami terus berharap akan adanya resolusi yang berkelanjutan dalam waktu dekat dan melakukan semua yang kami bisa untuk berkontribusi terhadapnya, kami mendorong pelanggan untuk mempersiapkan diri jika komplikasi di area tersebut terus berlanjut dan akan ada gangguan yang signifikan pada jaringan global,” kata raksasa pelayaran Maersk pada bulan Januari. (haninmazaya/arrahmah.id)