WASHINGTON (Arrahmah.com) — Militer Amerika Serikat (AS) menanggapi hasil investigasi The New York Times dengan mengatakan bahwa serangan udaranya tahun 2019 yang membantai 70 warga sipil Suriah , termasuk wanita dan anak-anak, adalah tindakan sah.
Pernyataan itu disampaikan Komando Pusat (CENTCOM) AS pada hari Ahad (14/11/2021) sebagai respons atas laporan investigasi New York Times. Laporan media itu mengatakan militer AS telah menutupi kematian puluhan orang non-kombatan dalam serangan udaranya.
Surat kabar AS itu menerbitkan hasil investigasinya pada hari Sabtu (13/11) dengan mengatakan bahwa satuan tugas khusus AS yang beroperasi di Suriah—terkadang meninggalkan mitra militernya dalam kegelapan untuk menjaga kerahasiaan—menjatuhkan tiga bom di sekelompok warga sipil di dekat benteng terakhir kelompok militan Islamic State (ISIS) di Baghouz, menewaskan 70 orang, terutama wanita dan anak-anak
Laporan itu mengatakan seorang pejabat hukum AS “menandai serangan itu sebagai kemungkinan kejahatan perang”. Tetapi di hampir setiap langkah, militer membuat gerakan yang menyembunyikan serangan malapetaka itu,” tulis New York Times.
Mengambil dari dokumen rahasia, wawancara dengan personel yang terlibat langsung dan pejabat dengan izin keamanan tinggi, New York Times menemukan bahwa serangan itu adalah salah satu insiden korban sipil terbesar dalam perang melawan ISIS, meskipun tidak pernah diakui secara publik oleh militer AS.
“Jumlah korban tewas diremehkan. Laporan ditunda, dibersihkan dan diklasifikasikan. Pasukan koalisi pimpinan AS membuldoser lokasi ledakan. Dan para pemimpin puncak tidak diberi tahu,” bunyi laporan tersebut, seraya menambahkan bahwa temuan penyelidikan inspektur jenderal independen Pentagon dihentikan dan dilucuti dari penyebutan serangan tersebut.
Dalam tanggapan terperinci, CENTCOM mengatakan penyelidikan menemukan bahwa serangan itu adalah pembelaan diri yang sah, proporsional. “Dan bahwa langkah-langkah yang tepat telah diambil untuk mengesampingkan kehadiran warga sipil,” kata CENTCOM.
CENTCOM menambahkan penyelidikan diluncurkan setelah sebuah laporan militer menemukan kemungkinan ada korban sipil.
“Kami melaporkan sendiri dan menyelidiki serangan itu menurut bukti kami sendiri dan bertanggung jawab penuh atas hilangnya nyawa yang tidak disengaja,” kata juru bicara CENTCOM Kapten Bill Urban, seperti dikutip AFP, Senin (15/11).
Dia mengatakan penyelidikan tidak dapat menggambarkan secara meyakinkan status lebih dari 60 korban lainnya, menambahkan bahwa beberapa wanita dan anak-anak, baik melalui indoktrinasi atau pilihan, memutuskan untuk mengangkat senjata dalam pertempuran ini. “Dengan demikian tidak dapat secara ketat diklasifikasikan sebagai warga sipil,” katanya. (hanoum/arrahmah.com)