ANKARA (Arrahmah.com) – AS telah mengirimkan sistem rudal Javelin dan anti-tank TOW yang canggih pada Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang berbasis di kota Manbij di Suriah utara, kata surat kabar Turki Yeni Akit mengutip sumber-sumber, Minggu (20/1/2019).
Sumber mengklaim bahwa saat ini, pasukan khusus Turki sedang mencoba melacak sistem tersebut, karena YPG dikabarkan sedang “menyiapkan jebakan untuk tank Turki yang siap memasuki Manbij”.
Perkembangan ini dilaporkan terjadi setelah Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menegaskan kembali selama pertemuannya dengan Joseph Dunford, ketua Kepala Staf Gabungan AS, seruan Turki pada AS untuk segera menarik pasukan YPG yang didukung AS dari Manbij.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengumumkan bahwa Ankara akan melancarkan operasi militer di sebelah timur Sungai Efrat jika AS gagal menarik pasukannya dari Republik Arab tersebut pada waktunya.
Dalam perkembangan terpisah minggu ini, Presiden Donald Trump, pada bagiannya, memperingatkan di halaman Twitter-nya bahwa AS akan “menghancurkan Turki secara ekonomi jika mereka memukul Kurdi”.
Starting the long overdue pullout from Syria while hitting the little remaining ISIS territorial caliphate hard, and from many directions. Will attack again from existing nearby base if it reforms. Will devastate Turkey economically if they hit Kurds. Create 20 mile safe zone….
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 13, 2019
Dukungan AS untuk militan Kurdi, yang telah berperang melawan Daesh di Suriah, tetap menjadi titik utama dalam hubungan antara Washington dan Ankara. Turki menganggap YPG berafiliasi dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dilarang oleh Ankara sebagai organisasi teroris.
Masalah ini semakin rumit sejak Trump menyatakan kemenangan atas Daesh pada Desember 2018, mengklaim bahwa ia akan menarik sekitar 2.000 tentara AS dari Suriah. Saat menangani masalah ini, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo memperingatkan bahwa AS akan memastikan bahwa militer Turki tidak membantai para militan Kurdi.
Ankara telah berulang kali menyalahkan Washington karena memberikan dukungan militer kepada Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), sementara AS menegaskan dukungannya terhadap Kurdi diperlukan untuk melawan Daesh.
Pada Februari 2018, Menteri Luar Negeri AS saat itu Rex Tillerson mengklaim bahwa Gedung Putih “tidak pernah memberikan senjata berat kepada YPG”.
Pada bulan Mei tahun itu, Erdogan mengecam Washington karena mempersenjatai “teroris” Kurdi dan menduga bahwa senjata-senjata itu pada akhirnya akan digunakan melawan Angkatan Darat Turki.
“Ribuan truk dan pesawat kargo dengan senjata telah tiba [di Suriah],” kata Erdogan. “Ketika kami memberi tahu mereka [AS] tentang hal itu, mereka merespons dengan mengatakan bahwa mereka akan mengambil kembali senjata – sebuah skenario yang kami lihat di Irak. Senjata mereka ada di tangan PKK,” katanya.
Trump menyetujui penyediaan senjata kecil, amunisi, senapan mesin, dan kendaraan lapis baja untuk para pejuang Kurdi pada Mei 2017, dengan tujuan mengusir Daesh dari Raqqa. (Althaf/arrahmah.com)