WASHINGTON (Arrahmah.com) – Mengikuti isu penangkapan salah seorang komandan mujahidin Imarah Islam Afghanistan di Karachi, menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, pada hari Rabu (17/2) menyatakan bahwa kerja sama Pakistan dalam perang melawan terorisme merupakan salah satu bentuk pelayanan atas kepentingan kedua negara.
Selain itu, Voice of America mencatat bahwa penangkapan Mullah Abdul Ghani Baradar ini merupakan “sinyal perubahan dalam pola pikir Pakistan”.
Washington Post mengutip para pejabat AS dan para pakar anti-terorisme yang menyatakan bahwa kerjasama Pakistan dalam upaya untuk menangkap Mullah Baradar “dapat menjadi titik balik dalam perang Afghanistan”.
Sementara CNN mengutip seorang pakar anti-terorisme Pakistan yang mengatakan bahwa kerjasama ini “mungkin saja merupakan salah satu cara agar Washington mau melakukan kesepakatan dengan Islamabad, bukan Arab Saudi, jika ingin berunding dengan Taliban di Afghanistan”.
Tapi apresiasi paling besar atas penangkapan Baradar yang belum bisa dipastikan itu datang dari Clinton yang mengatakan bahwa dia tidak bisa berkomentar mengenai operasi: “Tapi saya hanya bisa mengekspresikan apresiasi kami untuk meningkatkan kerjasama antara Amerika Serikat dan Pakistan. Ini adalah sesuatu yang secara pribadi saya yakini demi kepentingan terbaik dari kedua negara.”
Sembari menggambarkan bahwa Taliban sebagai musuh bersama, dia mengatakan bahwa upaya untuk memerangi kelompok ‘militan’ “memerlukan kerja sama”.
Ketika ditanya apakah ia percaya bahwa Pakistan akhirnya kesulitan menghadapi Taliban, Clinton berkata: “Saya kira Pakistan mengakui bahwa kekerasan ekstremis di Pakistan sekarang menimbulkan ancaman langsung bagi negara mereka.”
Dalam wawancara untuk tiga saluran televisi yang berbeda, Hillary Clinton mengungkapkan bahwa “pembunuhan” terhadap sipil Pakistan dan “pengeboman yang mengerikan” yang dilakukan oleh kaum ‘militan’ selama beberapa bulan terakhir membantu meyakinkan Pakistan bahwa Taliban adalah musuh nyata bagi mereka.
“Maksud saya, pengeboman itu sangat mengerikan dan bahkan sulit dipercaya: pengeboman acara-acara keagamaan dan mesjid-mesjid, dan orang-orang yang sedang melakukan yang turnamen bola voli, dan pengeboman perempuan dan anak-anak di pasar,” ungkap Clinton.
“Maksud saya tidak ada penjelasan, kecuali hanya kekejaman dan kekerasan demi kekerasan, serta intimidasi yang dalam kaca mata para ekstremis, menjadi salah satu cara untuk memecah-belah wilayah,” ia menambahkan.
“Tapi saya rasa Pakistan, dalam tubuh kepemimpinan mereka, mengakui bahwa mereka berpegang teguh untuk melawan ancaman ini demi masa depan mereka.”
Saat menjelaskan mengapa pemerintah AS enggan untuk berbicara tentang isu penangkapan terkemuka sejak insiden 11 September, Clinton mengatakan: “Kami tidak terlalu peduli terhadap hal ini, terhadap hal yang diketahui dan dispekulasikan banyak orang. Tapi poin pentingnya adalah kerja sama meningkat, dan hal ini sangat berharga.”
Dalam sebuah komentar yang disiarkan oleh media-media Inggris, radio VOA mencatat bahwa isu penangkapan Mullah Baradar ini terjadi mengikuti isu kematian pemimpin Taliban Pakistan Hakimullah Mehsud dalam serangan pesawat tanpa awak AS. (althaf/dawn/arrahmah.com)