WASHINGTON (Arrahmah.id) – Tekanan AS terhadap “Israel” sebagian besar datang dalam bentuk komentar publik sementara pemerintahan Biden terus mendanai perang genosida “Israel” di Gaza dan memberikan dukungan diplomatik internasional.
Pada Selasa (13/2/2024), Senat AS mengesahkan paket bantuan luar negeri senilai $95,3 miliar yang mencakup $14 miliar bantuan militer untuk “Israel”, lansir Associated Press. Semua senator Partai Demokrat menyetujui RUU tersebut kecuali Jeff Merkley dari Oregon dan Peter Welch dari Vermont. Bernie Sanders, seorang independen dan juga dari Vermont, juga memberikan suara menentang RUU tersebut.
“Dengan hati nurani saya, saya tidak dapat mendukung pengiriman miliaran dolar pembayar pajak tambahan untuk kampanye militer Perdana Menteri Netanyahu di Gaza,” kata Welch, menurut AP. “Ini adalah kampanye yang telah membunuh dan melukai sejumlah besar warga sipil. Hal ini menciptakan krisis kemanusiaan yang besar.”
Meski hasil pemungutan suara disahkan dengan hasil 70-29, persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dimana kelompok garis keras Partai Republik menentang dukungan undang-undang senilai $60 miliar untuk Ukraina, masih belum pasti. Mungkin diperlukan waktu beberapa pekan atau berbulan-bulan sebelum RUU tersebut dikirim ke meja Biden.
Mengingat pekan lalu Biden mengatakan bahwa serangan “Israel” terhadap Gaza “berlebihan” dan para pejabat AS telah berulang kali mengatakan bahwa terlalu banyak warga sipil yang terbunuh di wilayah kantong Palestina yang terkepung tersebut, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menyarankan agar AS memikirkan kembali bantuan militernya kepada “Israel” karena tingginya jumlah korban sipil dalam perang di Gaza.
“Yah, jika Anda yakin bahwa terlalu banyak orang yang terbunuh, mungkin Anda harus mengurangi jumlah senjata untuk mencegah begitu banyak orang terbunuh,” kata Borrell kepada wartawan setelah pertemuan para menteri pembangunan Uni Eropa di Brussels, menurut Al Jazeera.
“Jika komunitas internasional percaya bahwa ini adalah pembantaian, bahwa terlalu banyak orang yang terbunuh, mungkin kita harus memikirkan tentang penyediaan senjata,” tambah Borrell.
Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, menghindari pertanyaan tentang apakah AS akan membekukan bantuan kepada “Israel” jika negara itu melanjutkan serangan habis-habisan terhadap Rafah, lansir Al Jazeera.
Meskipun pemerintahan Biden mengatakan serangan “Israel” ke kota yang padat penduduk di dekat perbatasan dengan Mesir akan menjadi “bencana,” Miller menyatakan bahwa tidak jelas apakah penghentian bantuan militer AS adalah “langkah yang akan lebih berdampak daripada langkah-langkah yang sudah kita ambil.” (zarahamala/arrahmah.id)