WASHINGTON (Arrahmah.com) – Richard Holbrooke, diplomat AS yang berhasil ‘menengahi’ kesepakatan yang mengakhiri perang di Bosnia dan menjabat sebagai utusan khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan, akhirnya tutup usia, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan pada hari Senin (13/12/2010).
Holbrooke (69) yang berkarir dalam sektor pemerintah selama lima dekade ini meninggal setelah operasi untuk menangani pembuluh aortanya yang robek.
Ia jatuh sakit pada hari Jumat pekan lalu saat bertemu dengan Clinton dan dibawa ke rumah sakit Washington untuk perawatan darurat. Ia menjalani operasi selama berjam-jam untuk mencoba menyelamatkan hidupnya.
“Richard Holbrooke melayani negara yang dicintainya selama hampir setengah abad, dan mewakili Amerika Serikat di zona perang yang sangat luas serta melakukan pembicaraan tingkat tinggi untuk mewujudkan ‘perdamaian’, selalu dengan kecemerlangan dan tekad yang tak tertandingi,” kata Clinton dalam sebuah pernyataan.
Holbrooke dinominasikan sebagai penerima Nobel Perdamaian tujuh kali. Ia bergabung dengan pemerintahan Barack Obama pada bulan Januari 2009 sebagai wakil khusus untuk Afghanistan dan Pakistan untuk menyuntikkan kepentingan AS di kedua negara yang dilanda konflik tersebut.
Sejumlah analis tidak memperkirakan kematian Holbrooke akan memiliki banyak dampak pada laporan jatuh tempo Obama mengenai kekuatan AS dalam perang Afghanistan. Pemerintah AS berusaha untuk secara bertahap memberikan kendali keamanan pada pasukan Afghanistan dan menarik pasukan Amerika mulai Juli 2011.
Teresita Schaffer, seorang Duta Besar AS pensiunan yang menulis di Asia Selatan, Holbrooke disebut sebagai “lebih besar dari kehidupan” tokoh yang berada di pusat kebijakan AS dan kegiatan di wilayah ini. “Adapun hubungan dengan Afghanistan dan Pakistan, dia memiliki dampak campuran, kuat tapi kasar,” katanya.
Sementara beberapa analis berpendapat sebaliknya. Mereka yakin kematian Holbrooke berpengaruh kepada kebijakan Afghanistan dan Pakistan yang telah menyusut. AS akan mulai kelimpungan karena kehilangan andalannya dalam menyuntikkan kepentingan di Afghanistan dan Pakistan. (althaf/arrahmah.com)