KARACHI (Arrahmah.com) – Beberapa pejabat tinggi Pakistan di New York mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah berupaya untuk memperluas jangkauan operasi pesawat tanpa awaknya hingga Quetta dan beberapa wilayah di Balukistan.
“Hal itu bukanlah ancaman yang besar. Dengan kata lain, jika anda tidak melakukan apa-apa, maka kamilah yang akan melakukannya sendiri,” sebagaimana dilansir oleh sebuah harian Inggris, Sunday Times, mengutip ucapan salah seorang pejabat munfik Pakistan.
Seperti biasa, AS mengancam untuk memulai serangan udara dengan dalih bahwa serangan itu adalah serangan yang diarahkan terhadap kepemimpinan Taliban yang diklaim berada di Quetta.
“Pihak intelijen Barat mengatakan Pakistan telah menyebabkan pemimpin Taliban berpindah ke Karachi, yang memang mustahil untuk diserang,” lanjut harian tersebut.
“Para petinggi Amerika Serikat telah mendiskusikan untuk mengirimkan beberapa komandonya ke Quetta untuk menangkap atau membunuh pimpinan Taliban sebelum mereka kembali berpindah ke wilayah lain.”
Sempat terdengar juga rumor bahwa kalangan pejabat AS curiga pada ISI Pakistan merupakan lembaga yang mendukung dan melindungi pemimpin Taliban, Mullah Omar dan pemimpin-pemimpin lainmnya di Quetta.
Isu perluasan serangan AS di Pakistan ini muncul di tengah meningkatnya perpecahan dalam tubuh Washington mengenai apakah untuk menghadapi situasi yang memburuk di Afghanistan mereka harus dengan mengirim lebih banyak pasukan atau dengan mengurangi jumlah mereka dan mengefektifkan penargetan terhadap ‘teroris’.
Akhir pekan ini militer AS diperkirakan mengirim permintaan penambahan jumlah pasukan pada Menteri Pertahanan Robert Gates, seperti yang didesak oleh Jenderal Stanley McChrystal, komandan AS di Afghanistan, lanjut laporan dalam harian tersebut.
Wakil Presiden Joe Biden telah mengusulkan mengurangi jumlah pasukan di Afghanistan dan lebih fokus pada Taliban dan Al-Qaidah di Pakistan.
Di lain pihak, Richard Barrett, Kepala Komisi PBB dalam Pengawasan terhadap Taliban dan Al-Qaidah, juga percaya bahwa kehadiran pasukan asing telah meningkat aktivitas militan di Afghanistan dan mempermudah mujahidin Taliban untuk merekrut banyak orang.
The Sunday Times pun melaporkan bahwa serangan AS di Quetta cenderung akan semakin meningkatkan sentimen anti-Amerika di Pakistan. Beberapa pejabat Inggris menyatakan bahwa misi tersebut ‘tidak masuk akal’.
Komitmen presiden munafik Pakistan, Asif Ali Zardari, untuk memusnahkan ‘terorisme’, tidak didukung oleh kekuatan militer negara itu. Oleh karena itu, untuk menopang upaya Zardari ini, Presiden Obama ikut menghadiri pertemuan Friends of Pakistan di New York pada hari Kamis lalu. Pada hari yang sama, Senat AS menyepakati tiga kali lipat bantuan non-militer untuk Pakistan, yakni sebesar $ 1,5 miliar per tahun.
Administrasi Obama berharap langkah AS tersebut akan mengurangi sentimen anti-Amerika yang mulai muncul di Pakistan, sebagaimana dalam sebuah survei bulan lalu oleh Pew Research Centre yang menemukan bahwa hampir dua-pertiga responden menganggap AS sebagai musuh.
Harian itu pun mengulas mengenai adanya kerja sama tersembunyi antara AS dengan Pakistan dalam operasi pesawat tanpa awak yang seringkali menyebabkan jatuhnya korban sipil tersebut, meskipun pemerintah Pakistan terang-terangan mengecam tindakan tersebut.
Namun hal itu ditolak oleh Menteri Dalam Negeri Pakistan, Rehman Malik. “Amerika tidak pernah memberitahu kami setiap lokasi penyerangannya.” (althaf/dawn/arrahmah.com)