WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, bersama kedua rekannya dari Inggris dan Arab Saudi meminta rezim Suriah segera mengakhiri kebrutalan yang dilakukan terhadap para demonstran.
Dalam percakapan yang dilakukan melalui telepon, Obama dan Raja Saudi Abdullah mengungkapkan keprihatinan mendalam mengenai penggunaan kekerasan oleh pemerintah Suriah kepada warga negaranya.
“Mereka sepakat bahwa penggunaan kekerasan secara brutal oleh rezim Suriah terhadap rakyat Suriah harus segera dihentikan,” seperti diulas dalam pernyataan Gedung Putih kemarin (13/8/2011).
Seruan ini muncul setelah Saudi, yang tak berkutik atas pemberontakan yang sudah berlangsung lima bulan, ikut melemparkan kritiknya terhadap rezim Bashar Al-Assad dan menarik duta besarnya keluar dari Damaskus.
Kuwait dan Bahrain mengikuti langkah serupa pekan ini, sementara Dewan Kerja sama Teluk dan Liga Arab terus mengutuk serangan brutal rezim yang menyebabkan 2.150 orang tewas, termasuk 400 orang di antaranya pasukan pemerintah.
Washington juga memberlakukan sanksi baru dan mengatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad telah kehilangan legitimasi. Meski demikian, AS tetap secara terbuka menyerukan Assad untuk mundur.
Dalam panggilan telepon terpisah, Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron juga sepakat tentang perlunya untuk segera mengakhiri pertumpahan darah di negeri Arab tersebut.
Seorang juru bicara Downing Street mengatakan kedua pemimpin “menyatakan keprihatinan atas reaksi brutal rezim Suriah dalam merespon aksi protes yang sah, khususnya selama Ramadhan.
Tentara Suriah yang didukung oleh tank-tank dan kendaraan lapis baja terus berusaha untuk menghentikan pemberontakan.
Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan khusus pada Kamis mendatang untuk membahas persoalan hak asasi manusia dan darurat kemanusiaan di Suriah. (althaf/arrahmah.com)