WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat pada Jumat (26/3/2021) mengecam serangkaian serangan Houtsi lainnya di Arab Saudi, yang dikatakan sebagai “provokasi yang jelas dimaksudkan untuk melanggengkan konflik”.
Terminal distribusi produk minyak bumi di Jazan Arab Saudi terkena proyektil pada Kamis (25/3), menyebabkan kebakaran di salah satu tangki terminal, kata Kementerian Energi Saudi.
Ini terjadi setelah pertahanan udara Arab Saudi mencegat dan menghancurkan setidaknya delapan drone bermuatan bom yang ditembakkan oleh Houtsi menargetkan warga sipil di Kerajaan Kamis malam (25/3).
“Tindakan Houtsi adalah provokasi yang jelas dimaksudkan untuk melanggengkan konflik. Ini adalah yang terbaru dari serangkaian upaya Houtsi untuk mengganggu pasokan energi global dan mengancam penduduk sipil,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price pada Jumat (26/3).
Arab Saudi dan AS telah bekerja sama dengan PBB untuk mengakhiri perang selama bertahun-tahun di Yaman. Namun, Houtsi terus meningkatkan serangan mereka terhadap Marib dan serangan lintas perbatasan mereka ke Arab Saudi.
Utusan Khusus AS untuk Yaman Tim Lenderking kembali ke wilayah itu untuk perjalanan ketiganya dalam waktu kurang dari dua bulan ketika pemerintahan Biden meningkatkan upayanya untuk mencapai gencatan senjata.
Sejauh ini, Houtsi telah menolak proposal gencatan senjata dari PBB dan AS. Arab Saudi mengumumkan inisiatif lain yang bertujuan untuk mengakhiri perang awal pekan ini. Pejabat Houtsi dilaporkan menyambut sebagian dari itu, tetapi mereka terus menyerang Kerajaan.
Serangan Kamis (25/3) terjadi beberapa hari setelah pemerintah Yaman mengumumkan dukungannya untuk inisiatif Saudi.
“Tindakan Houtsi memperpanjang penderitaan rakyat Yaman dan membahayakan upaya perdamaian pada saat kritis ketika komunitas internasional semakin bersatu di belakang gencatan senjata dan penyelesaian konflik,” kata pejabat Departemen Luar Negeri. “Kami kembali menyerukan kepada semua pihak untuk berkomitmen secara serius dan secara ketat menegakkan gencatan senjata dan terlibat dalam negosiasi di bawah naungan PBB, dalam hubungannya dengan Utusan Khusus PBB Martin Griffiths dan Utusan Khusus AS Tim Lenderking,” tambah Price. (Althaf/arrahmah.com)