DAGESTAN (Arrahmah.com) – Rupanya, sebuah kampanye untuk mendiskreditkan ibu dari Tsarnaev bersaudara telah diluncurkan di Amerika Serikat. Sebuah cerita mencurigakan tentang sebuah “tindak pidana”, yang diklaim dilakukan oleh Zubeidat Tsarnaeva di Amerika Serikat, telah diluncurkan di media AS, lansir KC pada Kamis (25/4/2013).
Pers AS melaporkan bahwa para pejabat Amerika telah mengancam akan menangkap Zubeidat jika ia datang ke pengadilan putranya yang masih hidup, Dzhokhar, di AS. Pemerintah AS bahkan mengeluarkan surat perintah penangkapannya.
Zubeidat akan ditahan di perbatasan AS atas tuduhan “pencurian”. Pers menulis ia diharapkan untuk hadir di pengadilan pada tanggal 25 Oktober 2012, tapi ia tidak pernah muncul. Ia diklaim harus menghadiri pengadilan untuk diadili dalam kasus “pencurian pakaian senilai $ 1600 di toko pakaian elit Lord & Taylor di Boston”, laporan saluran TV Amerika, ABC.
Kisah keruh ini awalnya muncul ke permukaan pers segera setelah pemerintah AS mengklaim bahwa pemboman Boston telah dilakukan oleh 2 putranya, Tsarnaev bersaudara. Kemudian cerita ini diangkat.
Kasus “pencurian” ini diangkat setelah Zubeidat Tsarnaeva mengkritik pemerintah Amerika atas pembunuhan anak sulungnya, Tamerlan, dan mengatakan bahwa ia ingin datang ke AS untuk pemakamannya. Ia juga ingin mengupayakan pertemuannya dengan putranya yang ditahan, Dzhokhar.
Namun, Amerika Serikat tampaknya tidak ingin ia datang ke negara itu. Perlu dicatat bahwa ancaman penangkapan terhadap ibu dari Tsarnaev bersaudara itu dikeluarkan setelah pertemuan dengan perwakilan dari Departemen Luar Negeri AS dan beberapa preman KGB Rusia di Dagestan.
Tsarnaeva, yang seorang etnis Avar, telah mengumumkan bahwa ia akan tetap di Dagestan, sementara ayah Tsarnaev bersaudara, Anzor, yang seorang etnis Chechnya, pergi ke AS. Keduanya adalah warga Amerika dan Rusia.
Perlu dicatat juga bahwa pada tanggal 24 April, Zubeidat mengumumkan bahwa bersama dengan Anzor, ia akan terbang ke Amerika Serikat untuk berpartisipasi dalam persidangan anaknya yang selamat dari pembunuhan polisi, Dzhokhar.
Kedutaan besar AS bersepakat dengan Rusia selama kedatangannya ke Dagestan bahwa mereka akan melakukan penyelidikan terhadap orang tua Tsarnaev.
FBI kemudian menyatakan pada 24 April bahwa agen-agennya menginterogasi Zubeidat Tsarnaeva sampai larut malam di Dagestan. Mereka lalu mengklaim bahwa wanita itu bisa “terinspirasi” anak-anaknya untuk melakukan “kejahatan”. (banan/arrahmah.com)