KAIRO (Arrahmah.com) – Pengamat politik Mesir mengatakan seruan AS terhadap pemerintah Mesir untuk mengindahkan tuntutan reformasi adalah sandiwara, Washington akan terus mendukung Presiden Hosni Mubarak.
Dalam sebuah perubahan jelas dari nada, administrasi Barack Obama pada Jumat (28/1/2011) menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang penggunaan kekerasan oleh polisi Mesir dan pasukan keamanan terhadap para pendemo dan mendesak pihak berwenang Mesir untuk menghormati hak-hak warga.
“Protes yang berlangsung di Mesir adalah keprihatinan mendalam. Hak mendasar harus dihormati, kekerasan dihindari dan komunikasi terbuka harus dilakukan,” ujar jurubicara Departemen Luar Negeri, PJ Crowley.
Crowley, bagaimanapun bertentangan dengan sikap Washington sebelumnya terhadap protes Mesir yang disertai dengan ekspresi ringan dukungan untuk Mubarak.
“Mubarak telah menjadi sekutu kami dalam sejumlah hal. Dan dia sangat bertanggung jawab…aku tidak melihat dia sebagai diktator,” ujar Wakil Presiden AS, Joe Biden pada Kamis (27/1/2011).
Beberapa pengamat, bagaimanapun, percaya bahwa tidak ada perubahan dalam sikap AS terhadap Mesir dan bahwa masih sepenuhnya mendukung rezim Mubarak.
“Tidak ada ambiguitas tentang sikap AS. Militer dan polisi Mesir spenuhnya didukung oleh AS dan CIA,” ujar penulis The Hidden History of Zionism, Ralph Schoenman kepada Press TV.
“Ini adalah rezim yang menjual negaranya dan melakukan penawaran besar kepada kebijakan AS dan Israel diwilayahnya dengan mengabaikan kepentingan rakyat sendiri,” tambahnya.
Menanggapi protes massa, otoritas menutup layanan internet, telepon dan sms di negara itu dan memberlakukan jam malam.
Sejauh ini, 14 orang telah tewas dan ratusan lainnya terluka sejak protes dimulai beberapa hari lalu. Sekitar 1.000 orang lebih juga ditangkap selama protes berlangsung. (haninmazaya/arrahmah.com)