WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat telah menyerukan penarikan segera pasukan Rusia dan Turki dari Libya setelah tenggat waktu bagi mereka untuk pergi diabaikan.
Di bawah gencatan senjata yang didukung PBB yang ditandatangani pada Oktober tahun lalu, pasukan asing dan tentara bayaran ditarik keluar dari Libya dalam waktu tiga bulan, lansir Al Jazeera (28/1/2021).
Batas waktu itu berlalu pada Sabtu tanpa ada pergerakan yang diumumkan atau diamati di lapangan.
“Kami menyerukan kepada semua pihak eksternal, termasuk Rusia, Turki dan UEA, untuk menghormati kedaulatan Libya dan segera menghentikan semua intervensi militer di Libya,” kata penjabat duta besar AS Richard Mills pada Kamis (28/1) selama pertemuan Dewan Keamanan PBB di Libya, yang telah menyaksikan pertempuran selama satu dekade sejak penggulingan penguasa lama Moammar Gaddafi.
“Berdasarkan perjanjian gencatan senjata Oktober, kami menyerukan kepada Turki dan Rusia untuk segera memulai penarikan pasukan mereka dari negara tersebut dan pemindahan tentara bayaran asing dan proksi militer yang telah mereka rekrut, biayai, sebarkan dan dukung di Libya,” kata Mills .
Pernyataan itu muncul setahun setelah KTT Berlin mempertemukan pendukung dari faksi-faksi utama yang bertikai di Libya, dengan para pemimpin dunia berjanji untuk mengakhiri campur tangan asing dan bekerja menuju gencatan senjata permanen.
Pasukan Asing
PBB memperkirakan ada sekitar 20.000 tentara asing dan tentara bayaran yang membantu pihak yang berlawanan di Libya: Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB di Tripoli dan komandan militer pemberontak Jenderal Khalifa Haftar di timur.
Turki mendukung GNA. Ia juga memiliki pangkalan militer di Al-Watiya di perbatasan dengan Tunisia di bawah kesepakatan militer 2019.
Desember lalu, Ankara memperpanjang 18 bulan otorisasinya untuk penempatan pasukan Turki di Libya, yang tampaknya mengabaikan kesepakatan gencatan senjata.
Sedangkan Haftar mendapat dukungan dari UEA, Prancis, Mesir, dan Rusia.
Sebagian besar pasukan asing terkonsentrasi di sekitar Sirte, di pangkalan udara Al-Jufra yang dikuasai oleh pasukan Haftar, 500 km (300 mil) di selatan Tripoli dan lebih jauh ke barat di Al-Watiya.
Moskow menyangkal adanya hubungan dengan tentara bayaran, tetapi para ahli PBB Mei lalu mengonfirmasi keberadaan pejuang kelompok Wagner, yang diduga dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. (haninmazaya/arrahmah.com)