WASHINGTON (Arrahmah.com) – Dalam strategi barunya di Asia Selatan dan Asia Tengah, AS melihat potensi besar Pakistan sebagai penjaga dan penghubung jalur perdagangan penting, Jalur Sutera, Deplu AS menyatakan, dikutip Dawn pada Jumat (5/8/2011).
Hal ini ditegaskan oleh juru bicara Deplu, Mark Toner. Menurutnya, AS menganggap Pakistan merupakan mitra strategis dan penting. Pada saat yang sama, ia pun menegaskan perlunya Pakistan untuk menstabilkan kondisi perekonomian negaranya.
Sementara di Islamabad, utusan AS untuk Afghanistan dan Pakistan, Mark Grossman, bertemu dengan sejumlah pejabat dari Pakistan, Amerika Serikat, Afghanistan, dan negara-negara lain yang terkait dengan penyelesaian konflik Afghanistan untuk membahas “proses rekonsiliasi Afghanistan serta pengembangan ekonomi sepanjang Jalan Sutra (yang disahkan oleh Hillary clinton di Chennai),” kata Toner.
Selama kunjungan ke Chennai bulan lalu, Clinton pun mendesak India untuk bekerja sama dengan negara-negara regional lainnya untuk menghidupkan kembali Jalan Sutra.
“Secara historis, bangsa Asia Selatan dan Tengah terhubung satu sama lain dan sisanya dari benua oleh jaringan perdagangan yang luas yang disebut Jalur Sutera,” katanya.
“Pedagang India menggunakan jalur tersebut untuk perdagangan rempah-rempah, permata, dan tekstil, bersama dengan penyebaran ide dan budaya ke seluruh penjuru, dari Tembok Besar China hingga ke tepi Bosporus. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan Jalan Sutra baru.”
Menurut Clinton, Pakistan menghubungkan Asia Selatan dan Asia Tengah, dan tidak akan ada perdagangan antara dua wilayah tanpa partisipasi Pakistan.
Selain menghadiri pertemuan kelompok inti rekonsiliasi tersebut, Grossman juga mengadakan pertemuan dengan Presiden Asif Ali Zardari, Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani, Menteri Urusan Luar Negeri Hina Rabbani Khar, Menteri Luar Negeri Salman Bashir, Kepala Angkatan Darat Jenderal Ashfaq Parvez Kayani, dan kepala ISI Letjen Shuja Pasha.
“Dalam pertemuannya, secara umum, kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk kepentingan bersama kedua negara, dan bertindak atas berbagai kepentingan dengan cara bersama,” kata Toner.
“Kami mengakui bahwa ada tantangan dalam hubungan kami dengan Pakistan, tapi secara strategis kami akan bekerja untuk melalui tantangan tersebut dan untuk membangun kemitraan jangka panjang.”
Namun Toner menolak mengomentari pertanyaan tentang serangan drone. Ia berkelit dan mengatakan bahwa ia tidak akan mengurusi masalah itu sama sekali. (althaf/arrahmah.com)