ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Heboh pemberitaan Barat seputat serangan pasukan khusus AS yang diklaim menewaskan Syaikh Usamah bin Ladin, bukan hanya menjadi semacam kudeta intelijen utama bagi Amerika Serikat tetapi juga telah membuka celah besar bagi AS untuk lebih menekan Pakistan dengan dalih ketidakbecusan militer Pakistan dalam menangani ‘terorisme’ yang sudah didanainya, Reuters melansir pada Rabu (4/5/2011).
AS selama ini telah sangat mengandalkan militer Pakistan sebagai lembaga yang paling efektif dalam sebuah negara yang tidak stabil, di mana para pemimpin sipilnya dinilai tidak pernah kompeten serta sangat korup dalam menangani krisis apapun.
Sekarang Pakistan harus menghadapi pertanyaan besar, tentang bagaimana serangan AS itu bisa terjadi di sebuah kota tempat salah satu sekolah besar militer tanpa sepengetahuan mereka.
Amerika Serikat menagih bantuan militer yang dikucurkannya kepada Pakistan senilai miliar rupiah di tengah-tengah ketidaktahuan Pakistan terhadap keberadaan orang pertama dalam daftar buruan ‘terorisme’ internasional di kota Abbottabad, yang sebetulnya tidak jauh dari ibu kota.
“Setiap warga Pakistan ingin tahu kenapa perbatasan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat dilanggar, serangan itu dilakukan, orang tewas, dan kemudian para penyerang asing melarikan diri dengan aman, sementara institusi pemerintah Pakistan tetap tidak menyadari semua itu,” kata Altaf Hussain, dari Gerakan Muttahida Qaumi, sekutu partai yang berkuasa dalam pemerintahan.
Pakistan telah menyambut kabar kematian pemimpin Al Qaeda (yang masih diragukan kebenarannya), namun kementerian luar negeri menyatakan “keprihatinan mendalam” mengenai serangan yang disebutnya sebagai “aksi sepihak yang tidak sah”.
“Bukan hanya kebingungan yang melanda Pakistan, tapi juga depresi atas hilangnya martabat, harga diri, serta kedaulatan nasional,” politisi yang juga mantan pemain kriket, Imran Khan, menulis di surat kabar Inggris, Independent.
Media Pakistan, serta rakyat biasa, tidak hanya mengutuk pelanggaran atas kedaulatan ini, tetapi juga khawatir mengenai keamanan senjata nuklir Pakistan.
Pakistan dinilai hanya membuat AS rugi bandar. Negara ini telah menghabiskan sebagian besar anggaran pertahanan AS setiap tahunnya dalam bingkai perang melawan ‘teror’. (althaf/arrahmah.com)