TRIPOLI (Arrahmah.com) – Menurut laporan yang dikeluarkan AP dari Libya, selama serangan tengah malam pada 19 Maret lalu oleh pesawat NATO-AS terhadap sasaran sipil, mengikuti resolusi DK PBB, 48 orang telah tewas dan 150 lainnya mengalami luka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan. Jumlah korban tewas terus meningkat karena banyak jenazah yang tertimbun dalam puing-puing bangunan yang hancur.
Serangan rudal dan bom menghancurkan sasaran sipil, khususnya rumah sakit Bir al-Usta Milad, di pinggiran Tripoli. Obama tidak berkomentar mengenai pembantaian tersebut sejauh ini.
Pada Minggu (20/3/2011) pagi, pesawat AS dan sekutunya kembali membombardiri infrastruktur sipil di Tripoli, menciptakan bencana kemanusiaan di Libya. Jumlah pasti korban tewas dalam serangan ini belum diungkapkan. Terdapat laporna bahwa AS membom sekolah dan rumah sakit.
Kantor berita Libya melaporkan mengenai serangan terhadap sipil di berbagai kota besar termasuk Tripoli, Benghazi dan Zuwarah dan fasilitas penyimpanan di Misurata, mengakibatkan kebakaran besar di sana.
Menurut saluran televisi Libya, Al-Jamahiriya, lebih dari 110 rudal jelajah ditembakkan pada malam tanggal 19 Maret ke berbagai instalasi militer, serta objek pendidikan, kesehatan dan transportasi.
Sementara itu, rezim Gaddafi menyatakan resolusi DK PBB yang memaksakan zona larangan terbang tidak berlaku.
DK PBB memaksakan zona pelarangan terbang terhadap rezim Gaddafi, namun mereka sendiri menggunakan pesawat tempur untuk membantai rakyat Libya.
India dikatakan abstain dari voting untuk resolusi DK PBB di Libya. India menyatakan bahwa resolusi bisa berakhir dengan kesulitan yang lebih besar bagi mereka yang seharusnya membantu, lapor Xinhua.
Pers India mulai melaporkan serangan di Libya bukan dari Amerika, namun dari sudut pandang netral, namun sejauh ini hanya sebuah judul : “Perang melawan Libya telah dimulai, Amerika Serikat, Inggris meluncurkan rudal jelajah”.
Kantor berita lain India menunjukkan bahwa pada pertemuan komisi Uni Afrika di Libya di ibukota Mauritania, Nuakchott, anggotanya menuntut untuk segera mengakhiri aksi militer Barat terhadap Libya. Media-media Barat hampir mengabaikan pesan ini.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Cina, menyatakan penyesalan pada awal operasi Odyssey Dawn terhadap Libya.
Rusia juga mengutuk intervensi Barat di Libya. Duta Besar Rusia untuk Libya, Vladimir Chamov diberhentikan. Chamov dinilai tidak kompeten dan tidak cukup untuk mewakili kepentingan Rusia dalam konflik Libya.
Baik Cina dan Rusia yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB bisa mencegah pengadopsian resolusi PBB di Libya, namun belum melakukannya, lapor BBC.
“Intervensi militer asing di Libya bertujuan untuk mengambil minya di negara Arab,” ujar Presiden Venezuela, Hugo Chavez.
Dia mencatat bahwa “mereka ingin mendapatkan kontrol atas simpanan “emas hitam” di Libya. Pemimpin Venezuela mengatakan bahwa pasukan koalisi tidak peduli dengan kehidupan Libya.
Media oposisi Amerika menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara serangan oleh pemerintah Washington di Libya, Irak atau Afghanistan.
Sementara itu, CBS AS mengatakan bahwa “tiga stealth bomber Amerika B-2 menjatuhkan 40 bom di sebuah pangkalan udara utama Libya”.
Pesawat baru dari Kanada, Denmark, dan Spanyol tiba di pangkalan udara Mediterania untuk mengambil bagian dalam serangan di Libya. (haninmazaya/arrahmah.com)