LONDON (Arrahmah.com) – Pakar peneliti keamanan Ralph Langner mengungkapkan bahwa pihak Israel dan AS menciptakan worm Stuxnet guna melakukan sabotase terhadap program nuklir Iran.
Seperti dikutip dari BBC, Langner mengatakan hal itu pada sebuah konferensi di California bahwa piranti lunak berbahaya itu dirancang untuk mengacaukan sistem yang bisa membantu Iran membuat sebuah bom.
Langner merupakan salah satu dari para peneliti pertama yang menunjukan bagaimana Stuxnet dapat mengambil kendali dari perlengkapan Industri.
Hal itu secara luas dipercaya bahwa sasarannya adalah penggunaan mesin untuk pengayaan uranium.
Berbicara pada konferensi TED di wilayah Long Beach, California, Langner mengatakan “Pendapat saya adalah bahwa Mossad (agen intelejen Israel) terlibat.”
Bagaimana pun, ia berspekulasi bahwa Israel bukanlah pegendali utama dibalik penciptaan Stuxnet.
“Ada satu sumber yang memimpin, dan ia adalah Amerika Serikat,” ujar Langner.
Laporan terbaru terhadap Stuxnet, dikatakan perusahaan keamanan Symantec bahwa virus itu dibuat oleh sebuah tim yang terdiri antara lima hingga sepuluh pengembang virus, yang bekerja enam bulan untuk menciptakan worm itu.
Langner mengatakan bahwa proyek itu membutuhkan “informasi dari dalam”, jadi jelas bahwa “mereka mungkin mengetahui ukuran sepatu dari operatornya,”
Stuxnet pertama kali muncul ke permukaan pada bulan Juli 2010. Hampir 60 persen infeksi yang ditimbulkannya berada di Iran.
Worm itu mengincar kendali sistem industri, yang dikenal sebagai PLC (Program logic Controller), yang dibuat oleh Siemens.
Sementara PLC digunakan unutk mengendalikan banyak variasi dari sistem yang otomatis, hal itu dipercayai bahwa hal itu yang digunakan di dalam fasilitas nuklir Iran yang merupakan target yang diinginkan.
Para pengamat yang telah menguji kode Stuxnet mengatakan hal itu bisa digunakan untuk merusak sentrifugal yang memainkan peran penting dalam proses pengayaan uranium baik untuk tenaga maupun senjata nuklir.
Pihak AS dan Israel mempelopori sebuah kampanye internasional untuk menggagalkan program nuklir Iran, meskipun tak ada bukti kuat yang menghubungkan negara negara itu terhadap penciptaan Stuxnet.
Awal pekan ini menteri dalam negeri Iran membantah bahwa Stuxnet bertanggungjawab atas matinya reaktor nuklir di wilayah Bushehr.
Sebuah laporan dari badan atom dan energi internasional menunjukan bahwa teknisi Rusia yang bekerja pada tempat reaktor itu telah membuang 163 tabung bahan bakar.
Sumber Iran mengatakan bahwa tindakan itu diambil sebagai akibat dari adanya masalah dengan tabungnya ketimbang disebabkan Stuxnet. (ant/arrahmah.com)