MANILA (Arrahmah.com) – Cina kemungkinan akan menjadi salah satu isu yang diangkat dalam pembicaraan tingkat tinggi keamanan antara AS-Filipina hari Senin mendatang seiring dengan usaha Washington untuk memfokuskan kembali kebijakan luar negerinya di Asia dan Manila sendiri bermasalah secara teritorial dengan Beijing, lansir Reuters pada Minggu (29/4/2012).
Cina memiliki sengketa maritim dengan beberapa negara di Laut Cina Selatan, yang diyakini kaya akan minyak dan gas dan dilintasi jalur pelayaran penting. Negeri panda ini pun takut bahwa jangkauan angkatan laut negara-negara tetangganya berkembang.
Perselisihan ini yang mendorong Filipina untuk melakukan kerja sama lebih dekat dengan Amerika Serikat, yang pada gilirannya telah mendorong Cina untuk memperingatkan atas keterlibatan Washington, serta mencela latihan militer AS-Filipina pekan lalu membawa resiko konflik bersenjata.
Pembicaraan juga bertepatan dengan sumber ketegangan baru yang potensial antara Washington dan Bejing setelah aktivis tuna netra Cina, Chen Guangcheng, dilaporkan akhir pekan lalu telah mencari perlindungan AS di ibukota Cina setelah melarikan diri dari 19 bulan tahanan rumah.
Langkah Manila untuk memperkuat hubungan keamanan dengan mantan penjajahnya ini bertepatan dengan kebijakan luar negeri AS yang menjadikan Asia sebagai “poros” berkonsentrasi dengan dalih mengantisipasi ambisi nuklir Korea Utara dan pembangunan militer Cina.
Dua puluh tahun setelah Filipina memilih untuk menutup pangkalan Amerika, sekarang mereka malah ingin memberikan tentara AS lebih banyak akses ke pelabuhan dan lapangan udara.
“Kami menikmati hubungan militer yang benar-benar dekat dengan Filipina, kami akan mencari cara untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan tersebut,” kata juru bicara Angkatan Laut Pentagon, Kapten John Kirby, mengacu pada pembicaraan antara menteri pertahanan dan menteri luar negeri antara kedua belah pihak.
“Kami bisa mengatakan bahwa hubungan kami dengan Filipina adalah bagian dari langkah kami untuk fokus pada Asia-Pasifik.”
Seorang jenderal Filipina yang terlibat dalam pembicaraan tingkat tinggi yang diselenggarakan di Washington mengatakan Amerika Serikat memiliki daftar sejumlah lapangan udara di Filipina yang bisa digunakan untuk penyebaran rutin kapal tanker, dan pesawat transportasi militer.
“Ini bukan pangkalan baru bagi Amerika, ini masih fasilitas kami,” kata jenderal yang menolak untuk diidentifikasi tersebut. “Mereka hanya meminta kami untuk berbagi beberapa ruang kosong kami dengan mereka.”
Kirby menolak bahwa AS berusaha untuk memperoleh kembali pangkalan militer permanen di negeri itu. Menurutnya, Amerika Serikat hanya ingin melanjutkan sebuah rotasi hubungan dan latihan militer bersama.
“Kami tentu tidak berusaha untuk memiliki pangkalan tetap di sana.” (althaf/arrahmah.com)