DAMASKUS (Arrahmah.com) – Menteri Perminyakan Suriah, Bassam Tomeh, mengklaim krisis bahan bakar parah yang melanda negaranya adalah akibat sanksi AS.
Tomeh mengatakan kepada TV pemerintah dalam sebuah wawancara yang disiarkan Rabu malam (16/9/2020) bahwa pasokan minyak telah ditunda karena situasi tersebut. “Kami memiliki saham yang kami coba kelola secara rasional,” ujarnya tanpa merinci lebih lanjut.
Sanksi AS terhadap Iran telah memperparah krisis bahan bakar yang dihadapi oleh pemerintah Presiden Suriah Bashar Asad. Teheran adalah sekutu utama Damaskus yang telah memasok minyak mentah selama sembilan tahun perang saudara Suriah.
Sanksi AS terhadap Suriah diperketat pada bulan Juni dengan menargetkan siapa pun yang berbisnis dengan pemerintah Asad di mana pun mereka berada. AS mengatakan mereka yang berbisnis dengan Damaskus akan terkena pembatasan perjalanan dan sanksi keuangan.
“Sanksi Amerika menghalangi kami untuk mengimpor (cukup untuk) kebutuhan minyak kami,” kata Tomeh.
Di wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah, orang menghabiskan waktu berjam-jam menunggu dalam antrean untuk mengisi tank mereka. Harga 20 liter (5,2 galon) bensin sekarang adalah 25.000 pound Suriah ($ 11) di pasar gelap sementara harga bersubsidi di pompa bensin adalah 5.000 pound Suriah ($ 2,3).
Kebanyakan orang Suriah menghasilkan kurang dari $ 100 setiap bulannya, yang membuat mereka tidak mampu membeli harga pasar gelap. Pemerintah juga berjuang untuk memerangi penipuan dan korupsi dalam distribusi bahan bakar, menurut Tomeh.
Pemerintah Asad mengontrol dua kilang minyak Suriah tetapi salah satunya sedang menjalani pekerjaan renovasi. Tomeh mengatakan, Kilang Banias membutuhkan 10 hari lagi agar lebih beroperasi, yang akan meningkatkan pasokan bahan bakar sekitar 25%.
“Semua orang tahu bahwa ladang minyak kita yang dulu menyuplai kebutuhan bahan bakar kita berada di bawah pendudukan Amerika,” kata Tomeh.
Tomeh berjanji “krisis akan segera berakhir” dan mendesak warga Suriah untuk bersabar. “Perang belum berakhir dan perang ekonomi sedang paling intens sekarang,” katanya. (Althaf/arrahmah.com)