MANAMA (Arrahmah.com) – Washington telah memberikan lampu hijau untuk penggunaan teror racum di Bahrain setelah menutup perjanjian penjualan senjata sebesar 1 juta dollar dengan rezim al-khalifa, ujar seorang pengamat politik seperti yang dilansir Press TV.
“Bahrain sedang diracuni di rumah mereka dari tembakan gas air mata besar-besaran oleh pasukan rezim, Washington menunjukkan persetujuan mereka dengan kesepakatan penjualan senjata kepada kerajaan,” ujar koresponden Global Research Timur Tengah dan Afrika Timur, Finian Cunningham.
Sejak pergerakan awal reformasi di Bahrain pada Februari 2011 lalu, puluhan sipil telah tewas dan banyak yang mengalami luka dalam penumpasan brutal rezim Al khalifa terhadap para pendemo anti-rezim.
Tahun lalu, di bawah tekanan dari kelompok hak asasi manusia, Washington memutuskan untuk menahan penjualan 5 juta USD senjata ke Bahrain.
Namun terungkap pada pekan lalu bahwa pemerintahan teroris di bawah pimpinan Barack Obama sekarang bergerak maju dengan kesepakatan tanpa adanya pemberitahuan resmi kepada publik.
Didukung oleh pasukan Saudi, pasukan Bahrain telah meningkatkan respresi dan secara besar-besaran meningkatkan penggunaan gas air mata pada pengunjuk rasa, yang dapat mematikan. Sembilan orang telah tewas selama dua minggu terakhir akibat penggunaan gas air mata beracun tersebut.
“Manama secara terang-terangan telah menggunakan kebijakan teror racun dan hukuman kolektif terhadap 70 persen dari populasi yang menuntut rezim yang didukung Barat memberikan jalan untuk pemerintahan yang ‘demokratis’,” lanjut Cunningham.
Cunningham mengatakan bahwa Bahrain adalah studi kasus klasik tentang bagaimana kepentingan geopolitik Barat erat terkait dengan represi dan pelanggaran ham dan bagaimana upaya washington untuk membujuk rezim apapun untuk melaksanakan reformasi demokratis merupakan khayalan bodoh.
“Yang benar adalah bahwa kepentingan minyak Washington yang terjalin dengan rezim represif di Teluk Persia dan secara fundamental menentang keberadaan demokrasi di negara tersebut,” tambah Cunningham. (haninmazaya/arrahmah.com)