WASHINGTON (Arrahmah.com) – Washington mendeklarasikan Afghanistan sebagai sekutu utama non-NATO pada hari Sabtu (7/7/2012) sebagai status simbolis yang memperkuat pesan kepada Afghanistan bahwa mereka tidak akan meninggalkan negeri tersebut meskipun sudah tidak dalam kondisi perang.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, mengumumkan keputusan, yang dibuat oleh Presiden Barack Obama, selama kunjungan mendadak ke Kabul tempat ia bertemu Presiden Hamid Karzai menjelang konferensi donor utama di Tokyo dalam rangka menarik janji untuk memberikan bantuan.
Peningkatan status ini dinilai dapat membantu Afghanistan untuk memperoleh perlengkapan pertahanan AS dan memiliki akses lebih besar untuk memperoleh pelatihan dari AS saat tentara Afghanistan mengambil alih tanggung jawab keamanan menjelang penarikan sebagian pasukan tempur NATO tahun 2014.
“Tolong ketahui bahwa Amerika Serikat akan menjadi teman dan sahabat anda. Kami bahkan tidak membayangkan untuk meninggalkan Afghanistan. Justru sebaliknya,” kata Clinton dalam konferensi pers dengan Karzai sebelum terbang ke Tokyo.
Keputusan Obama memenuhi janji yang dibuatnya pada kunjungan ke Afghanistan tahun ini untuk meng-‘upgrade’ status keamanan khusus bagi Kabul -status yang hanya diberikan pada sejumlah mitra AS, termasuk sekutu dekat AS seperti Israel dan Jepang yang bukan anggota NATO.
Peserta pada pertemuan Tokyo hari Minggu besok diperkirakan akan berkomitmen memberikan bantuan di bawah $ 4 milyar per tahun untuk sektor pembangunan Afghanistan, meskipun bank sentral telah mengatakan negara itu membutuhkan setidaknya $ 6 miliar per tahun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi selama dekade berikutnya.
Jumlah ini di luar $ 4,1 miliar dilakukan setiap tahun oleh NATO dan mitra-mitranya untuk pasukan keamanan Afghanistan, seperti yang dijanjikan pada pertemuan puncak Chicago pada bulan Mei lalu.
Para pejabat AS dengan Clinton menolak mengatakan berapa banyak yang akan mereka berikan sebagai bantuan, setelah sebelumnya mereka yang secara signifikan mengurangi bantuan sejak tahun 2010.
Meski demikian, para pejabat AS mengakui bahwa tren untuk menyumbangkan bantuan pembangunan Afghanistan sedang menurun. Hal ini disebabkan salah satunya oleh faktor korupsi yang melanda pemerintah Afghan.
Meredakan ketakutan, Clinton mengatakan: “Kami sangat menyadari (korupsi ini) tetapi ini adalah isu yang ingin segera ditindak oleh pemerintah dan rakyat Afghanistan sendiri.” (althaf/arrahmah.com)