WASHINGTON (Arrahmah.id) — Amerika Serikat (AS) dilaporkan akan mengirim 1.500 tentara ke Suriah dan Irak.
Dilansir CBS (14/1/2024), AS berdalih ribuan tentara ini akan bergabung dalam pasukan mereka yang sudah dulu berperang melawan kelompok militan Islamic State (ISIS).
Para prajurit tersebut akan dikirim dari Garda Nasional Angkatan Darat New Jersey dalam pengerahan tentara terbesarnya ke wilayah tersebut sejak tahun 2008.
“Kami memiliki orang-orang yang kami butuhkan. Kami memiliki pelatihan yang kami butuhkan. Kami memiliki peralatan yang kami perlukan untuk berjuang dan menang,” kata Letkol Omar Minott, salah satu dari 1.500 personel yang akan dikerahkan.
Pengerahan pasukan AS ke Suriah dan Irak tersebut berada di bawah payung Operasi Inherent Resolve.
Operasi Inherent Resolve adalah operasi militer AS melawan ISIS di Irak, Libya, dan Suriah, yang menyerukan untuk memerangi ISIS dan mempertahankan pangkalan AS dari kelompok perlawanan di wilayah tersebut.
Operasi militer tersebut menyebabkan sejumlah besar personel AS dikerahkan ke wilayah tersebut tahun ini.
Dalam paruh kedua tahun 2023, AS mengirimkan gelombang 2.500 tentara ke Suriah dan mengerahkan lebih dari 900 tentara ke Irak pada dua kesempatan terpisah.
Pengerahan tentara ini adalah untuk melindungi kepentingan AS dari “pasukan yang berafiliasi dengan Iran.”
Menurut Axios, kehadiran militer AS di wilayah tersebut mencapai sekitar 45.400 orang pada Oktober 2023.
Mayoritas berada di Kuwait, dengan 13.500; diikuti oleh Bahrain sebanyak 9.000; dan Qatar sebesar 8.000.
Pengerahan ribuan tentara AS ke Suriah dan Irak untuk memerangi ISIS adalah hal janggal dan menimbulkan pertanyaan.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, kekuatan dan serangan ISIS di Suriah mengalami penurunan sebesar 68 persen dan 80 persen di Irak jika dibandingkan tahun 2023 hingga 2022.
Robert Inlakesh dari TC mengatakan, dorongan Amerika mengerahkan ribuan tentara ke wilayah konflik ini adalah untuk mempertahankan dominasinya di wilayah tersebut.
“Untuk mempertahankan dominasi kolektif Barat di kawasan ini, tantangan terbesarnya adalah mengatasi pengaruh Iran dan Rusia. Inilah sebabnya mengapa pendudukan sekitar sepertiga wilayah Suriah oleh AS dan proksinya, serta penerapan sanksi mematikan terhadap Damaskus, menjadi hal yang penting dalam melemahkan kekuatan musuh-musuhnya,” kata Inlakesh.
Dalam ulasannya, Inlakesh menyebut proksi pasukan Iran dan Rusia di Suriah telah berkoordinasi dengan tujuan khusus untuk memaksa pasukan Washington agar akhirnya menarik diri dari negara tersebut. (hanoum/arrahmah.id)