WASHINGTON (Arrahmah.com) – Angkatan udara Amerika Serikat berencana untuk melatih lebih banyak pilot pengendali pesawat tempur tanpa awaknya daripada pilot yang biasa mengendalikan pesawat tempur biasa.
Pernyataan yang diumumkan oleh Jenderal Stephen R. Lorenz, panglima Komando Pendidikan dan Latihan Udara AS, muncul bersamaan dengan maraknya aksi pemboman oleh pesawat andalan AS ini di sepanjang wilayah perbatasan Pakistan-Afghanistan yang telah meninggikan tingkat kemarahan dan kritik atas pemusnahan warga sipil dan berbagai macam kerugian lain yang ditimbulkannya.
Washington Post menjelaskan ungkapan jenderal tersebut, pada edisi Selasa (11/8), sebagai ilustrasi dari transformasi besar-besaran dalam tubuh angkatan udara AS.
Berdasarkan artikel, pada pertemuan Pentagon 23 Juli, pejabat angkatan udara AS menerangkan adanya transformasi besar pelayanan mereka dalam sektor intelejen, penjagaan, dan pengintaian (ISR).
Saat ini, angkatan udara AS menerbangkan dua pesawat tempur andalannya di Irak dan Afghanistan, yakni Predator dan Reaper, yang masing-masing bekerja selama 24 jam.
Menjelaskan keuntungan dari pesawat tak berawak, Letnan Jenderal David Deptula, wakil kepala staf ISR, mengatakan: “Kelebihan pesawat udara ini adalah kemampuannya untuk ada dalam posisi ataupun melakukan manuver berdaya jangkau luas untuk waktu yang sangat lama, dan itulah yang tidak bisa dilakukan manusia yang terbatas. Dengan tidak adanya orang di dalam pesawat, anda bisa sambil melakukan apapun dengan tetap mengamati sebelum akhirnya mengatur kendali untuk menyerang.”
Dalam pertemuan Juli itu tampak bahwa 1.000 personalia Angkatan Perang Udara yang menerbangkan operasi tanpa awak tersebut dan tidak ada satupun yang terjebak dalam situasi membahayakan.
Hingga hari ini, satu orang pilot mengendalikan satu Predator yang didampingi oleh dua orang analis. Tahun 2013, angkatan perang memperkirakan akan menciptakan teknologi perang dimana satu orang pilot bisa mengendalikan tiga pesawat tempur Reaper.
Berdasarkan laporan, agen proyek peningkatan pertahanan angkatan udara AS sedang mengerjakan satu proyek bernama ‘Vultur’ yang berusaha untuk menciptakan pesawat tempur tanpa awak yang mampu bertahan di udara selama lima tahun. (Althaf/arrahmah.com)