KABUL (Arrahmah.com) – Panglima tinggi militer Amerika mengatakan pihaknya semakin khawatir pada ancaman yang ditimbulkan oleh Taliban dan al-Qaidah yang berlindung di wilayah perbatasan Pakistan dengan Afghanistan.
Berbicara dalam kunjungannya ke Afghanistan pada Senin (14/12), Laksamana Mike Mullen mengatakan kekerasan di Afghanistan kemungkinan akan memburuk dulu sebelum menjadi lebih baik, karena mujahidin saat ini memiliki kendali di atas sekitar sepertiga provinsi Afghanistan.
“Saya tetap sangat prihatin dengan semakin meningkatnya persekongkolan antara Taliban Afghanistan dan al Qaidah serta kelompok-kelompok ‘ekstremis’ lain yang berlindung di seberang perbatasan di Pakistan,” kata Mullen, yang juga merupakan kepala staf gabungan AS, kepada wartawan di Kabul.
“Jaringan ini, yang saat ini lebih mapan, akan menjadi jauh lebih sulit daripada satu tahun yang lalu.”
Mullen menambahkan bahwa ia meminta pasukan yang saat ini sedang dikirimkan ke Afghanistan untuk melindungi diri mereka dari kemungkinan meningkatnya pertempuran dan meningkatnya jumlah korban dari pihaknya.
‘Lebih Canggih’
“Pemberontakan telah menjadi lebih keras, lebih luas, dan lebih canggih,” kata Mullen.
Awal bulan ini Barack Obama memerintahkan sekitar 30.000 pasukan tambahan ke Afghanistan sebagai bagian dari strategi yang telah direvisinya dan rencana penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Komentar Mullen ini muncul bersamaan dengan peringatan yang diberikan penglima AS di Afghanistan bahwa pengerahan pasukan tambahan mungkin akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Letnan Jenderal David Rodriguez mengatakan faktor yang menyebabkan mengulurnya waktu itu adalah tantangan logistik. Rodriguez memperkirakan bahwa penguluran ini kemungkinan akan mengambil waktu sembilan hingga 11 bulan untuk mengerahkan semua pasukan baru ke Afghanistan.
Sedangkan mulanya Obama berencana untuk menyebarkan pasukan tambahan selama enam bulan.
Pada hari yang sama (14/12) dua serangan terpisah menyebabkan setidaknya 16 polisi Afghanistan tewas.
Serangan di pos pemeriksaan di provinsi Helmand dan Baghlan ini lagi-lagi menyoroti kerentanan dan kelemahan polisi Afghanistan, yang pelatihannya menjadi salah satu prioritas dalam strategi terbaru AS.
Pengerahan Marinir
Pelopor awal dari 30.000 pasukan tambahan AS, yakni 1500 angkatan perang Marinir, diperkirakan akan mendarat di Afghanistan akhir pekan ini.
Mereka akan dikerahkan di provinsi Helmand selatan, salah satu medan pertempuran yang paling sulit, untuk mempersiapkan logistik bagi ribuan tentara yang akan dikirim dalam beberapa bulan mendatang, kata Mullen.
Mullen menambahkan bahwa dia akan menangani masalah mujahidin yang berbasis di Pakistan dalam pembicaraan di Islamabad akhir pekan ini.
Washington sudah berusaha untuk menekan pemerintah Pakistan untuk meningkatkan tindakan keras terhadap Taliban dan al-Qaidah yang telah lama menggunakan negara mereka sebagai tempat berlindung.
Komandan AS telah mengidentifikasi jaringan Haqqani yang berbasis di Pakistan, yang secara luas diyakini memiliki hubungan dengan agen mata-mata Pakistan, sebagai salah satu ancaman terbesar pasukan AS di Afghanistan.
Tetapi para pejabat Pakistan mengklaim enggan untuk tunduk pada tekanan AS, dengan mengatakan bahwa prioritas mereka adalah untuk membersihkan Pakistan dari Taliban yang telah dituduh melakukan serangkaian serangan bom mematikan di seluruh negara, dan bukan untuk menangani jaringan Haqqani.
Pada Senin (12/14), dalam sebuah editorial bernada keras yang diterbitkan di New York Times, presiden Pakistan, Asif Ali Zardari, menyalahkan AS untuk situasi di Afghanistan.
“Ketika Soviet kalah dan pergi pada tahun 1989, AS meninggalkan Pakistan dan menciptakan ruang hampa di Afghanistan, yang mengakibatkan ketakutan seperti saat ini,” tulisnya.
“Dan kemudian pasca 11 September, Amerika Serikat menutup mata terhadap penyalahgunaan kediktatoran Presiden Musharraf. Bagi Pakistan, ini adalah memori yang sangat pahit.” (althaf/alj/arrahmah.com)