DHAKA (Arrahmah.com) – Duta besar AS untuk Bangladesh menyatakan bahwa Washington siap membantu Bangladesh dengan lebih banyak perlengkapan dan pelatihan untuk memerangi terorisme dan ekstrimisme, lansir bdnews24 pada Rabu (29/3/2017).
Marcia Bernciat mengatakan bahwa pihaknya telah memfinalkan seperangkat program pendampingan tambahan dan akan mengirimkan lebih banyak latihan dan perlengkapan.
Pesan ini ia sampaikan saat menjawab pertanyaan pada kegiatan yang diadakan oleh American Centre dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan di EMK Centre di Dhandmondi, Dhaka.
Komentarnya datang saat Bangladesh menjadi saksi fenomena baru dimana pelaku bunuh diri meledakkan dirinya setelah memasuki markas Batalion Aksi Cepat (RAB) di Ashkona, Dhaka. Sementara itu, di Sylhet, butuh empat hari bagi angkatan bersenjata Bangladesh untuk menaklukkan tempat yang diklaim sebagai persembunyian militan.
Pasca serangan teroris 1 Juli tahun lalu di Holey Artisan Café, AS menawarkan asistensi bagi Bangladesh dalam rangka memerangi terorisme. Terkait isu serupa, AS juga mengirimkan mengirimkan delegasi kuatnya ke Bangladesh.
Sang duta besar mengatakan mereka telah memfinalkan program bantuan yang diwacanakannya berdasarkan kunjungan tersebut. Dia juga menekankan agar pemerintah Hasina berbagi informasi untuk menghentikan serangan tersebut.
“Kami terus memberikan pelatihan. Pada kenyataannya, salah satu petugas polisi yang meninggal di Sylhet telah menerima pelatihan oleh AS,” katanya, “kami bahkan ingin melihat kerjasama yang lebih dari ini”.
Menanggapi insiden teroris terbaru, Bernciat menyatakan bahwa pelaku adalah teroris yang tumbuh di dalam negeri dan telah terinspirasi oleh aktor-aktor di luar Bangladesh, mengacu pada Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan komentar mantan Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
“Kita semua harus bekerja sama, berbagi bukti dan informasi sejauh ini sehingga kita dapat menempatkan potongan-potongan teka-teki bersama,” katanya.
“Bukti yang muncul di Bangladesh dapat membantu menghentikan serangan berikutnya di Paris,” katanya, menambahkan bahwa “jika kita tidak bisa berbagi, kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri”.
“Selama bekerja sama, kita harus menemukan cara untuk meningkatkan kerjasama kita, lebih dan lebih,” katanya.
“Para teroris ini tidak menghormati perbatasan dan hukum. Kita harus mengatasi sistem yang berbeda dan bekerja semaksimal mungkin sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari itu”.
“Mereka adalah kelompok yang lincah, dan mereka dapat berkumpul kembali,” tambahnya. (althaf/arrahmah.com)