YANGON (Arrahmah.com) – Pasukan Penyelamatan Arakan Rohingya (ARSA), Jum’at (25/5/2018), membantah laporan oleh kelompok hak asasi manusia Amnesti International bahwa anggotanya telah menewaskan puluhan warga sipil Hindu pada Agustus lalu, di tengah gelombang kekerasan di negara bagian Rakhine yang dilanda konflik di Myanmar.
Dalam laporan yang diterbitkan pekan ini, Amnesti mendokumentasikan secara rinci kekejaman yang diklaim telah dilakukan oleh ARSA di dekat desa terpencil di Rakhine.
Laporan itu, mengutip para saksi, termasuk wanita Hindu yang mengklaim mereka diculik oleh anggota ARSA. Wanita tersebut juga mengklaim bahwa para pejuang dari kelompok itu menewaskan sebanyak 99 orang Hindu di dekat Kha Maung Seik setelah meluncurkan serangan ke pos keamanan pada 25 Agustus.
“Kami dengan tegas membantah semua tuduhan kriminal serius yang tidak dapat dibenarkan dan ceroboh yang disebutkan dalam laporan itu,” kata ARSA dalam sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh pemimpinnya Ata Ullah dan diposting di jejaring media sosial Twitter pada Jum’at malam (25/5).
Tanggapan militer Myanmar terhadap serangan gerilyawan Rohingya telah mendorong hampir 700.000 Muslim Rohingya untuk melarikan diri dari Rakhine utara ke negara tetangga Bangladesh, dalam apa yang disebut PBB dan lembaga bantuan sebagai “pembersihan etnis”.
Myanmar telah menolak tuduhan pembersihan etnis, serta sebagian besar kisah pembunuhan dan pemerkosaan yang diceritakan oleh banyak pengungsi yang tiba di Bangladesh.
Sementara itu, Tirana Hassan, direktur Penanggulangan Krisis Amnesti International, mengatakan Amnesti “benar-benar berdiri di atas temuan” penyelidikan dan mendesak pemerintah Myanmar untuk mengizinkan akses tanpa batas ke Rakhine utara bagi PBB dan penyelidik independen lainnya. (Althaf/arrahmah.com)