PAYAKUMBUH (Arrahmah.com) – Seorang pejabat di Kementerian Pemuda dan Olahraga bernama Ibnu Hasan dituding melakukan tindakan tidak sopan dan tidak beradab pada acara Musyawarah Forum Silaturahim Dakwah Kampus Daerah (FSLDKD) se-Sumatera Barat di Politeknik Pertanian Universitas Andalas di Tanjung Pati Payakumbuh, Kamis (4/9/2014).
Diberitakan pria yang mengaku dirinya didikan Zionis Yahudi ini mengumbar kata-kata “kurang ajar” kepada para hadirin termasuk ulama dan sesepuh Sumatera Barat Buya Masoed Abidin.
Salah seorang pembicara pada acara tersebut Musfi Yendra, Pegiat Sosial Sumatera Barat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Dia menuliskan kekesalannya terhadap Ibnu Hasan ini pada laman www.sumbaronline.com, Sabtu (6/9/2014). Berikut ini isi selengkapnya:
Arogansi Oknum Pejabat
Oleh : Musfi Yendra
INI saya tulis agar menjadi pelajaran dalam kehidupan berbangsa. Tentang etika dan sikap seseorang yang pada dirinya melekat jabatan negara. Kejadiannya di kampus yang notabene-nya adalah tempat pembentukan kompetensi dan karakter generasi.
Bukan tanpa alasan saya diundang menghadiri acara pembukaan Musyawarah Forum Silaturahim Dakwah Kampus Daerah (FSLDKD) se-Sumatera Barat di Politeknik Pertanian Universitas Andalas di Tanjung Pati Payakumbuh, Kamis (4/9) kemarin.
Bersama pengurus FSLDKD Sumbar ini saya dari Dompet Dhuafa Singgalang menggagas sebuah edukasi yang kami sebut “Gerakan Sedekah Mingguan”. Ide ini lahir dari kondisi banyaknya mahasiswa kurang mampu selama ini mengajukan bantuan pendidikan ke Dompet Dhuafa Singgalang. Selain itu menyikapi keterbatasan pendanaan kegiatan keislaman di kampus yang dijalankan oleh mahasiswa.
Gerakan “Sedekah Mingguan” ini dilakukan dalam bentuk mahasiswa bersedekah Rp5000 setiap hari Jumat secara bersama. Ada pengelola yang mereka sepakati di masing-masing kampus. Untuk tahap awal gerakan ini menargetkan diikuti oleh 1000 orang mahasiswa dari berbagai kampus di Sumatera Barat. Sehingga sebulan bisa mengumpulkan dana Rp20.000.000. Setahunnya jika gerakan ini konsisten mencapai Rp240.000.000.
Begini kami mengajarkan mahasiswa, agar mampu peduli sesama mereka. “Gerakan Sedekah Mingguan” ini di-launching pada hari itu bersama dengan Asisten III Pemko Payakumbuh, Kabag Kesra Pemko Payakumbuh, Pembina LDK dan Direktur Politani Unand. Mereka men-support gerakan sederhana ini.
Setelah rangkaian acara pembukaan selesai sekitar jam 10.45 Wib datang ulama dan sesepuh Sumatera Barat, Buya Masoed Abidin. Beliau akan mengisi seminar untuk mahasiswa. Siapa yang tak kenal Buya. Dalam usia memasuki 80 tahun beliau sangat bersemangat datang dari Padang untuk memberikan ilmu dan nasehat kepada mahasiswa.
Sejumlah pejabat yang menghadiri acara pembukaan kegiatan pamitan kepada Buya. Sehingga tinggallah saya dan istri, Buya, panitia dan seratusan peserta dalam ruangan itu. Saya menunggu giliran presentasi sekitar 15 menit tentang “Gerakan Sedekah Mingguan” sekaligus mendampingi Buya. Buya Masoed Abidin merupakan penasehat di Dompet Dhuafa Singgalang. Karena terjadi kemoloran waktu, panitia mengklarifikasi ke saya presentasi diundur setelah zuhur.
Sekitar jam 11.00 wib acara seminar langsung dimulai. Harusnya pembicara ada dua orang; Buya Masoed Abidin dan Adib Alfikri (Ketua KNPI Sumbar). Namun Adib Alfikri tidak hadir. Buya Masoed memberikan materi seminar sekitar 30 menit. Beliau menjelaskan hubungan antara wahyu Allah, iman, ibadah dan karakter umat kepada mahasiswa. Ada 14 poin nasehat yang akan disampaikan beliau. Namun baru dipoin keempat, panitia menyampaikan waktu bicara Buya sudah habis. Moderator seminar melanjutkan untuk panitia bertanya. Satu orang bertanya kepada Buya.
Namun sebelum menanggapi, moderator menunda Buya menjawab pertanyaan tersebut. Si moderator menyebutkan telah hadir pembicara dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Namanya “IH”. Langsung dari Jakarta. Agak lama menunggu, kemudian pembicara ini masuk.
Ketika micropon diberikan kepada beliau, ia langsung marah-marah kepada panitia di hadapan peserta, saya dan Buya Masoed Abidin. “Panitia kurang ajar, kalau angkatkan acara dengan benar dong. Saya ini pejabat dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Datang ke sini. Saya diminta bicara dari jam 10, baru dikasih waktu sekarang. Sudah jam setengah dua belas ini. Saya ini harus bicara dua jam dalam seminar ini. Hari ini saya harusnya ditemui sejumlah gubernur, termasuk Irwan Prayitno, gubernur Sumbar. Anda pikir baru sekali ini saya ke Sumbar. Kurang ajar….”. Ia tampak begitu emosi. Di depan peserta saat bicara, dua kali telponnya berbunyi dan ia pun mengangkatnya dengan cara yang kurang baik menurut saya.
Buya yang masih duduk di kursi pembicara, senyum-senyum ke saya. Moderator sudah mulai cemas. Peserta terdiam. Entah apa yang mereka pikirkan. Saya merasa tak nyaman, tapi tetap duduk di kursi tamu paling depan peserta. Saya meng-google di gadget, siapa sebenarnya orang ini. Saya temukan jawaban, ia adalah Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda Kemenegpora. (http://bantenraya.com/banten-raya/serang/5885-kemenpora-gelar-sosialisasi-iptek-. 24 Mei 2014)
Saya kian tak nyaman, tapi juga tak keluar dari ruangan itu. Walau ingin meninggalkan seminar, tapi saya segan sama Buya dan panitia. Si pejabat itu tetap memaki-maki panitia. Beberapa kalimat dari lisannya yang saya ingat.
“Saya ini pernah dibina oleh Yahudi. Saya waktu mahasiswa pernah dipenjara sembilan kali. Sekarang saya masih aktif di sebuah organisasi dunia, pengurusnya hanya 4 orang. Tiga orang dari Yahudi dan tambah saya. Kami bisa menggulingkan presiden di negara lain…. Sekarang saya sedang memfitnah ketuanya, agar saya bisa jadi ketua. Ha ha ha… Katanya kalian mau hadirkan gubernur ke sini, tapi nyatanya tak ada… Saya bisa telpon gubernur kalian sekarang. Saya telpon si Adib Ketua KNPI, katanya tak tahu dia acara ini…Maaf Pak saya marah sama mereka”. Kalimat terakhir ia tujukan ke Buya Masoed. Hampir 30 menit ia bicara. Buya Masoed masih tetap di kursi pembicara.
Ia menghadap ke Buya Masoed, dan bicara “kalau Bapak mau duluan silahkan saja. Saya mau bicara di sini sampai jam 1. Ini baru jatah saya 15 menit. Bicara apa saya waktu segitu”. Padahal ia sudah bicara sekitar 30 menit. Tak tahan akhirnya saya mengangkat tangan minta izin bicara pada moderator. Saya mengingatkan, bahwa sebaiknya sebelum diskusi dengan Ibnu Hasan, dituntaskan dulu pertanyaan ke Buya Masoed. Saya bilang juga ke “IH”, tolong hargai Buya.
“Beliau ini sesepuh dan ulama kami di Sumatera Barat, datang ke sini untuk memberikan ilmu. Beliau datang dari Padang untuk menemui mahasiswa. Tadi sebelum bapak masuk, ada pertanyaan kepada Buya dan belum beliau jawab. Terpending karena bapak langsung bicara. Tolong dituntaskan dulu ini, mungkin Buya juga ada agenda lain”.
Ketika saya sampaikan begitu, dia emosi kepada saya dan menjawab, “Bapak mau juga bicara, silahkan ini mic-nya…” sambil ia berikan ke tangan saya. Ia langsung keluar, kemudian masuk lagi sambil menggerutu. Moderator memberikan kesempatan kepada Buya sesaat untuk menjawab pertanyaan sebelumnya. Terakhir Buya berpesan kepada panitia.
“Sebagai ilmu untuk ananda semua, tolong diprint makalah Buya sejumlah 14 halaman dan dibagikan kepada peserta. Buya buatkan itu dua hari lamanya, Buya datang menemui ananda juga baru pulang dari Malaysia”. Setelah itu saya, istri dan Buya pamit meninggalkan ruangan seminar.
Di luar ruangan saya bertanya pada panitia apa yang terjadi. Dari penjelasan panitia, sejak jam 10.00 wib pejabat kementerian itu sudah memarah-marahi panitia karena terjadi kemoloran waktu di acara pembukaan. Pengakuan panitia mereka sudah maksimal menyiapkan kegiatan. Namun pejabat dari pihak Pemko juga terlambat datang membuka acara tersebut. Ke saya dan Buya mahasiswa berjanji akan belajar dari masalah itu. Mereka minta maaf ke saya dan Buya.
Saya mengingatkan para pejabat negara agar jangan arogan kepada rakyat. Kalau ada sesuatu yang salah dengan orang lain sampaikanlah dengan cara yang baik. Anda harus tahu sedang dimana bicara dan bersama siapa. Anda oknum pejabat tapi berkata-kata layaknya orang tak terdidik. Pantas banyak generasi kita kurang ajar, karena anda memakinya dengan kata “kurang ajar”.
Apa pentingnya anda menyebut diri sebagai mantan binaan Yahudi? Kemudian mempertontonkan tentang sebuah kewengan dan kekuasaan saat emosi. Apa yang disampaikan saudara “IH” mungkin saja tujuannya baik. Ada pesan yang ia sampaikan, tapi caranya tak sesuai norma dan kearifan lokal.
Atas nama masyarakat Sumatera Barat saya meminta Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo untuk memberikan sanksi lisan maupun tertulis kepada anak buahnya “IH”. Kemudian meminta saudara “IH” agar mengklarifikasi maksud ucapan-ucapan dan makian yang disampaikannya dengan sangat emosional di acara itu. Juga meminta yang bersangkutan meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Minangkabau, atas perkataan yang tidak pantas kepada anak kemenakan kita di kampus tersebut.
Ini menjadi catatan juga bagi presiden terpilih agar memperhatikan penempatan pejabat di berbagai kementerian ke depan. Pelajaran bagi semua kepala daerah. Mari kita sudahi kebiasan buruk. Kompetensi saja tak cukup sebagai dasar penempatan pejabat. Karakter juga penting agar tak semena-mena kepada rakyat.
*) Pegiat Sosial Sumatera Barat
(azm/arrahmah.com)