YEREVAN (Arrahmah.com) – Otoritas etnis Armenia di Nagorno-Karabakh menuduh pasukan Azeri menangkap puluhan pasukan mereka, menambah ketegangan pada kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran selama berminggu-minggu di wilayah yang disengketakan dan sekitarnya bulan lalu.
Kesepakatan yang ditengahi Rusia menghentikan konflik enam minggu antara Azeri dan pasukan etnis Armenia di wilayah itu dan sekitarnya, mengunci keuntungan teritorial Azerbaijan.
Moskow telah mengerahkan pasukan penjaga perdamaian untuk mengawasi gencatan senjata, tetapi bentrokan terjadi pada Ahad lalu, dimana Azerbaijan dan Armenia saling menyalahkan satu sama lain, lansir Al Jazeera (16/12/2020).
Empat tentara Azeri dilaporkan tewas dalam pertempuran itu dan enam etnis Armenia terluka.
Dalam kemunduran baru pada Rabu (16/12), kementerian pertahanan Nagorno-Karabakh mengatakan telah kehilangan kontak dengan beberapa posisi militer pada Selasa malam di daerah-daerah yang seharusnya tetap di bawah kendalinya sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata 10 November.
Tidak ada komentar dari kementerian pertahanan Azerbaijan.
Kementerian Nagorno-Karabakh mengatakan telah gagal menemukan pasukan meski melakukan operasi pencarian sepanjang malam.
Beberapa jam kemudian, kepala daerah Arayik Harutyunyan mengatakan pasukan telah ditangkap dan menuduh Azerbaijan melakukan “provokasi”.
“Lusinan prajurit disandera oleh pasukan Azeri ke arah desa Ktsaberd, dan kementerian pertahanan saat ini sedang mencoba untuk mencari tahu semua keadaan,” kata Harutyunyan dalam pernyataan yang diposting di halaman Facebook-nya.
Belakangan, kementerian pertahanan Armenia mengatakan pasukan penjaga perdamaian Rusia telah membantu memimpin sejumlah pasukan Armenia setelah mereka dikepung oleh pasukan Azeri, kantor berita Interfax melaporkan.
Tidak segera jelas apakah mereka adalah pasukan yang sama yang dilaporkan ditangkap.
Armenia dan Azerbaijan mengatakan awal pekan ini bahwa mereka telah mulai bertukar tahanan yang ditangkap selama konflik yang meletus pada akhir September dan merenggut sedikitnya 5.000 nyawa, termasuk warga sipil. (haninmazaya/arrahmah.com)