ARKTIK (Arrahmah.com) – Muslimin di Lingkar Kutub Utara (Arktik) akan menjalani ketentuan shaum yang sangat berbeda pada Ramadhan 1436 Hijriyah. Kali ini, wilayah tersebut akan mengalami siang hari selama 24 jam penuh. Dengan demikian, Ulama Asosiasi Muslim Swedia melakukan ijtihad untuk Ramadhan tahun ini, yang akan dimulai pada 18 Juni, sebagaimana dilaporkan Dailymail, Kamis (11/6/2015).
Tiga hari pasca hari pertama Ramadhan, akan terjadi musim panas di wilayah Kutub Utara. Dampaknya, matahari akan menyinari Arktik selama 24 jam, sehingga perlu ditentukan waktu imsakiyah dan waktu berbuka puasa sesuai ijtihad para Ulama.
“Kami mendapatkan 2 pertanyaan yang sulit, bukan hanya kapan waktu Anda dapat berbuka di utara tetapi juga kapan Anda harus memulai puasa,” ujar Muhammad Kharraki, juru bicara Asosiasi Muslim Swedia kepada AFP.
Ia melanjutkan, “Anda seharusnya mulai berpuasa sebelum matahari terbit, saat [sebelum] fajar. Tetapi tidak ada fajar yang nyata pada bulan musim panas di Stockholm.”
Pada tahun-tahun sebelumnya, Muslimin di kota-kota kecil sub-Arktik seperti Kiruna telah disarankan untuk berbuka puasa bersamaan dengan waktu orang-orang di selatan. Namun, sebuah pertemuan Imam di Swedia dan Eropa di utara Swedia pada pekan ini merekomendasikan pendekatan baru.
“Sekarang Anda harus menyesuaikan dengan waktu sebelumnya [saat] matahari terakhir benar-benar terbit dan terbenam,” jelas Kharraki, menambahkan bahwa rincian pedoman [Ramdhan tahun ini] masih digodok dan nampaknya buka puasa lebih awal di malam hari lebih cocok seperti belahan bumi lainnya.
Ketentuan baru akan diterbitkan oleh Asosiasi pan-Eropa -Dewan Fatwa dan Penelitian Eropa- yang diharapkan akan diterapkan di seluruh benua [Antartika] dan sudah termasuk saran kapan harus beruka puasa jika Muslim mengalami situasi kekurangan makan dan minum sehingga menyebabkan jatuh pingsan.
“Masyarakat dapat mencoba berpuasa selama 19 jam tetapi tidak akan mampu [selama itu]. Itu bukan gagasannya…Jika Anda tidak dapat bertahan maka Anda dapat segera berbuka puasa,” pungkas Kharraki. (adibahasan/arrahmah.com)