ARAKAN (Arrahmah.com) – Sebuah konferensi baru-baru ini diadakan di kota kecil Kyaukphyu, Negara Bagian Arakan, Myanmar. Dalam pertemuan tersebut, politisi Budha, biarawan dan tokoh masyarakat telah menyerukan pembentukan sebuah “Tentara Pertahanan Nasional Arakan” yang diduga akan menguatkan warga Budha untuk menganiaya minoritas Muslim.
“Keputusan ini keluar dari analisis kami dari situasi saat ini di wilayah kami,” ujar Nyi Nyi Maung, seorang juru bicara dari Konferensi Nasional Arakan, seperti dikutip oleh situs berita The Irrawaddy pada Sabtu (3/5/2014).
Menurut Maung, “Keputusan ini mewakili semua orang di Arakan dan pemerintah harus serius mempertimbangkannya.”
Tentara diusulkan oleh perwakilan kota kecil Buthidaung Tun Aung Thein yang menyerukan desakan pemerintah pusat untuk mengizinkan pembentukan Tentara Pertahanan Nasional Arakan.
Konferensi ini dihadiri oleh Uni Parlemen Shwe Mann dan Menteri Kantor Presiden Aung Min, yang biasanya bertugas mengadakan pembicaraan damai dengan kelompok etnis bersenjata.
Muslim Rohingya telah hidup di bawah rezim penuh kekerasan yang dipimpin oleh kafir Budha Myanmar selama dua tahun terakhir.
Serangan terbaru terjadi selama beberapa hari terakhir, sesuai bukti kredibel laporan dari kepala organisasi hak asasi manusia dan kemanusiaan PBB, bahwa sedikitnya 48 Muslim Rohingya telah dibantai, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di bagian barat negara bagian Rakhine di Myanmar.
Media resmi dan Departemen Penerangan telah membantah laporan tersebut.
Namun, sebuah LSM yang berbasis di Thailand, Proyek Arakan, mengatakan telah menerima beberapa laporan bahwa puluhan Muslim Rohingya tewas oleh pasukan dzolim Budha Arakan.
Insiden yang terbaru dalam serangkaian serangan teror seperti yang terjadi di komunitas Muslim Yangon telah menewaskan sedikitnya 240 orang dan lebih dari 140.000 orang menjadi tunawisma atau mengungsi di kamp-kamp seperti penjara.
Pada konferensi lima hari, yang akan ditutup pada hari Kamis (8/5), jemaat tampak menentukan pembentukan tentara Budha baru untuk menguatkan komunitas mereka.
“Di Buthidaung dan Maungdaw , kita memiliki sangat sedikit orang Arakan. Oleh karena itu, kita tidak memiliki keamanan. Orang-orang kami akan menghadapi ancaman hampir setiap hari meskipun ada polisi dan tentara,” klaim Tun Aung Thein, wakil Buthidaung.
“Semua perwakilan mendukung usulan saya untuk membentuk Arakan Army.”
Konferensi ini diadakan di tengah kebiadaban yang dilakukan 2,3 juta mayoritas kaum kafir Budha Arakan terhadap sekitar satu juta komunitas Muslim Rohingya di Arakan utara.
Muslim Rohingya dijelaskan oleh PBB sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia, menghadapi diskriminasi yang keji di tanah airnya.
Mereka telah ditolak hak kewarganegaraannya sejak amandemen terhadap undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 dan diperlakukan sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri.
Pemerintah Myanmar serta mayoritas Budha menolak untuk mengakui istilah “Rohingya”, dengan menyebut mereka sebagai “Bengali”.
Kelompok-kelompok HAM membuktikan pasukan keamanan Myanmar telah membunuh, memperkosa dan menangkap Muslim Rohingya setelah kekerasan sektarian tahun lalu.
Ratusan ribu ummat Islam telah dipaksa meninggalkan rumah mereka di Myanmar barat sejak Juni setelah serangan dari kaum kafir Budha di daerah mereka.
Menurut PBB, kekejian ini telah mengungsikan hampir 29.000 orang Muslim Rohingya. (adibahasan/arrahmah.com)