RIYADH (Arrahmah.com) – Arab Saudi telah mengajukan permintaan ke Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa dan Teluk untuk pasokan amunisi yang digunakan untuk mempertahankan kerajaan terhadap serangan pesawat tak berawak dan rudal, Wall Street Journal melaporkan pada Selasa (7/12/2021), mengutip pejabat AS dan Saudi.
Riyadh telah menggunakan sistem rudal Patriot permukaan-ke-udara selama beberapa bulan terakhir untuk menggagalkan serangan rudal balistik mingguan dan drone yang diluncurkan oleh kelompok teroris Syiah Houtsi yang berbasis di Yaman, kata para pejabat kepada WSJ. Tetapi persediaan rudal Patriot kerajaan untuk mencegat serangan udara sudah sangat rendah.
Seruan untuk menambah pasokan datang setelah AS mengurangi sebagian besar kehadiran militernya di Timur Tengah yang menopang keamanan kerajaan ketika pemerintahan Presiden Joe Biden berfokus untuk melawan kekuatan Cina yang tumbuh di panggung global.
Meskipun AS diperkirakan akan menyetujui permintaan Saudi untuk lebih banyak memasok rudal Patriot, pejabat Saudi mengatakan kepada Journal bahwa mereka khawatir bahwa stok yang tidak mencukupi dapat mengakibatkan serangan rudal atau drone yang berhasil, merenggut nyawa di kerajaan atau merugikan ekonomi Saudi dengan merusak infrastruktur minyak.
Pada 2019, segerombolan rudal dan drone berhasil menghindari pertahanan udara Saudi dan untuk sementara melumpuhkan setengah dari produksi minyak kerajaan. Serangan itu diklaim oleh Houtsi, tetapi AS dan Arab Saudi mengatakan Iran, yang bersekutu dengan Houtsi, berada tepat di belakang serangan itu.
Pejabat AS dan Saudi mengatakan kepada Journal bahwa kerajaan itu diserang oleh pesawat tak berawak lebih dari 50 kali selama Oktober dan November dan menderita lebih dari 20 serangan rudal balistik di periode yang sama.
Tim Lenderking, utusan khusus AS untuk Yaman, mengatakan pekan lalu bahwa pemberontak Houtsi telah melakukan sekitar 375 serangan lintas perbatasan ke Arab Saudi tahun ini.
Arab Saudi mempelopori serangan militer terhadap Yaman yang diluncurkan pada 2015 untuk mendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi tak lama setelah Houtsi menguasai ibu kota Sana’a. Selama hampir tujuh tahun pertempuran, kedua belah pihak dalam konflik telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan kekejaman. Pertempuran baru-baru ini berpusat di sekitar kota utara Marib, benteng terakhir pemerintah di utara Yaman yang dikuasai Houtsi.
Sementara AS awalnya memberikan dukungan “logistik dan intelijen” untuk kampanye yang dipimpin Saudi, Biden pada Februari mengumumkan bahwa AS mengakhiri dukungan untuk semua “operasi ofensif” di Yaman. Pemerintah mengatakan akan terus mendukung kemampuan kerajaan untuk mempertahankan diri. (haninmazaya/arrahmah.com)