DEN HAAG (Arrahmah.com) – Arab Saudi akhirnya merasa senang atas kekalahan Partai Kebebasan Belanda (PVV) di pemilihan anggota parlemen Eropa. Frans Timmermans, Menteri Luar Negeri Belanda, mengatakan kekalahan partai anti-Islam yang dipimpin oleh Geert Wilders akan memudahkan Belanda untuk dapat membuka negosiasi damai dengan Arab Saudi pada Jumat (23/5/2014).
Saat pemilihan anggota parlemen Eropa berlangsung pada Kamis (22/5), Kerajaan Arab Saudi dikabarkan hendak menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Belanda. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari keterlibatan PVV dalam pemilihan anggota parlemen. Arab Saudi marah dengan sikap PVV yang memasang sebuah lambang berbentuk pelesetan dari bendera Arab Saudi, yang menghina Islam di bendera partai mereka.
Pada lambang bendera PVV, tertulis aksara arab yang bermakna “Islam adalah sebuah kebohongan, Nabi Muhammad SAW adalah seorang kriminal, dan Al-Qur’an adalah racun”.
Pemerintah Belanda sendiri berlepas tangan telah terlibat dalam pembuatan lambang partai tersebut. Pihak Pemerintah Belanda menyatakan insiden itu murni merupakan tanggung jawab pemimpin PVV, Geert Wilders.
Pemerintah Belanda juga menegaskan bahwa sebagian besar rakyatnya tidak mendukung lambang PVV itu. “Hasil pemilu yang menyatakan PVV kalah akan membantu Belanda dan Arab Saudi untuk tidak bersitegang,” ujar Timmermans seperti dikutip dari Dutch News, Jumat (23/5).
Pejabat di Kedutaan Besar Belanda untuk Arab Saudi akan membahas pergolakan politik dan ekonomi sebagai dampak tindakan PVV di Riyadh pada Ahad dan Senin mendatang. Timmermans juga berencana untuk hadir dalam pembicaraan damai tersebut.
Kabar mengenai ancaman Arab Saudi akan memboikot perusahaan Belanda yang berada di negaranya turut menjadi materi negosiasi. Pihak Belanda khawatir kebijakan Arab Saudi tidak akan memenangkan kontrak perusahaan Belanda di negaranya menyusul tindakan PVV yang menghina Islam. “Saya mendengar dari perusahaan Belanda di Arab Saudi jika mereka tidak lagi dapat melanjutkan kontrak di sana,” ujar Timmermans menjelaskan pada Jumat (23/5).
Partai Kebebasan Wilders (PVV) merupakan kelompok ekstrim sayap kanan. Selain anti-Islam, partai ini juga bersikap anti imigrasi dan skeptis terhadap Uni Eropa. Hal ini dengan kesinisannya terhadap pemberlakuan mata uang euro di Uni Eropa.
Sebelumnya, PVV diprediksi akan memenangkan pemilu anggota parlemen dalam berbagai survei. PVV diramalkan memperoleh suara lebih dari 23 persen dibandingkan partai lainnya.
Pada kenyataannya, hasil perhitungan awal lembaga Ipsos yang dipublikasikan oleh lembaga penyiaran Belanda, NOS menyatakan PVV hanya mendapat 12,2 persen suara. Jumlah ini menurun 17 persen dibandingkan pemilu 2009.
Berdasarkan pengamatan Ipsos, partai tengah pro-Eropa, Demokrat 66 (D66) akan memenangkan pemilihan anggota parlemen Eropa. Pengamat memprediksi kekalahan PVV diakibatkan blunder, terlebih pemilih kini lebih cerdas dan tidak mendukung euroskeptis.
Wilders kini kecewa atas kekalahan yang harus diterima partainya. Ia menyalahkan rendahnya jumlah pemilih di Belanda, namun ia mengatakan akan berjuang keras untuk mendapat suara yang banyak di Brussels.
Sebagian pengamat politik mengatakan bahwa PVV telah salah menerapkan teknik pendekatan kepada rakyat. Menjelang pemilu, PVV dinilai tidak melakukan pendekatan secara intensif kepada rakyat sehingga membuat pendukung lama kehilangan animo kepada partai.
Pemilihan parlemen Uni Eropa akan dilakasanakan di 28 negara bagian Benua Biru tersebut. Pemilihan awal berlangsung di Belanda dan Inggris pada Kamis (22/5). Proses pemilu akan berlangsung hingga hari ini (25/5). (adibahasan/arrahmah.com)