RIYADH (Arrahmah.com) – Menteri luar negeri Arab Saudi mengatakan kepada Sky News bahwa negaranya ingin menghindari perang dengan Iran dengan segala cara.
Adel Al-Jubeir membantah pernyataan dari Iran bahwa Arab Saudi berusaha memprovokasi perang.
“Itu konyol. Kami telah memperjelas hal tersebut, begitu juga AS. Eskalasi datang dari pihak Iran dengan perilaku agresif mereka,” kata Al-Jubeir, Kamis (20/6/2019).
“Kami berusaha menghindari perang dengan segala cara. Kami berkonsultasi dengan teman dan sekutu kami untuk melihat opsi dan langkah apa yang bisa diambil. Iran harus memahami bahwa perilaku agresifnya tidak dapat dipertahankan,” lanjutnya.
Al-Jubeir juga mengatakan bahwa sanksi yang lebih keras terhadap Iran akan dilaksanakan.
“Tekanan akan diberikan kepada Iran untuk mengurangi agresi dan bertindak seperti negara normal,” ucapnya.
Sementara itu, AS sedang mempertimbangkan untuk menanggapi serangan rudal Iran yang menjatuhkan drone Angkatan Laut AS di atas Selat Hormuz.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran telah menembak jatuh drone mata-mata Angkatan Laut AS, RQ-4 Global Hawk, dengan rudal di atas Selat Hormuz pada Kamis (20/6).
Iran sendiri telah lama mengancam akan menutup Selat Hormuz setelah AS berusaha memangkas ekspor minyak Iran hingga pada nilai nol dengan cara menjatuhkan sanksi pada negara manapun yang membeli minyak dari negara Iran.
“Menutup Selat Hormuz akan menghasilkan reaksi yang sangat, sangat kuat. Ketika Anda mengganggu pelayaran internasional, hal itu berdampak pada pasokan energi, itu berdampak pada harga minyak yang berdampak pada ekonomi dunia,” kata al-Jubeir.
Donald Trump telah memperingatkan bahwa Iran telah membuat “kesalahan yang sangat besar” setelah militernya menembak jatuh drone mata-mata AS.
Penembakan terhadap drone mata-mata AS terjadi sehari setelah Washington mengumumkan akan mengirim 1.000 tentara tambahan ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya sebagai “perilaku bermusuhan” oleh pasukan Iran.
Sebelumnya AS menyalahkan Iran atas serangan terhadap kapal tanker minyak dan kapal kargo di Teluk Oman dan Selat Hormuz.
Pada hari Rabu, Angkatan Laut AS merilis gambar-gambar bahan peledak setelah serangan yang dikatakannya “sangat mirip” dengan bahan peledak milik Iran.
Teheran telah membantah tuduhan Washington dan curiga serangan terhadap kapal tanker itu hasil operasi “bendera palsu” Washington.
(ameera/arrahmah.com)